Langsung ke konten utama

AYAHKU PAHLAWANKU





Hari pahlawan menjadi moment tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk merayakan hari pahlawan sang founding father negara ini yang telah berjuang dengan segala keringat yang membasahi, serta tetesan darah yang berjatuhan kebumi pertiwi, telah menjadi saksi bisu, bahwa negara ini dibangun bukanlah tanpa perjuangan dan pengorbanan, maka sudah sepatutnya dan keharusan bagi kita sebagai pewaris kemerdekaan ini, untuk berlari lebih cepat lagi, menumbuhkan spirit lebih kencang lagi, dan menggenggam erat kemerdekaan yang saat ini kita pegang.
 Agar kemerdekaan yang diraih tidak hilang dengan sendirinya yang disebabkan oleh kita karena lelah dan acuh tak acuh, apalagi merelakan untuk diambil oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab yang tidak selayaknya mengambil peran dengan berdiri tegak, mengatakan seakan – akan Indonesia milik golongannya. Indonesia adalah milik semua bangsa Indonesia.
Harapan pahlawan kita adalah satu, yaitu mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih yang diprolamasikan pada 17 agustus 1945 dan meneruskan perjuangan yang masih belum selesai yang perlu dibenahi. Kalau kita gagal mengemban amanah tersebut, apakah label penghiantan yang pantas untuk digelarkan kepada kita atau pecundang yang justru kita sebut, apalagi dirusak oleh tangan – tangan bangsa kita sendiri, berarti negara kita telah dilecehkan, dicederai, dan dikhianati oleh bangsa yang tidak tau terima kasih kepada bangsanya sendiri. Seperti yang Soekarno sampaikan, bahwa “perjunganku lebih mudah, karena mengusir penjajah dari tanah air ini, sedangkan perjuangan kalian lebih sulit, karena melawan bangsamu sendiri”
Hari pahlawan yang jatuh di tanggal 10 November 2017 yang disusul dengan hari ayah Internasional 12 November, yakni bulan yang masih diselimuti dengan cuaca hujan yang semakin hari menguyur lingkungan sekitar, baik pagi, siang, sore, malam, seolah – olah bulan ini adalah bulan hujan yang tiada henti, meskipun begitu, tidak memutuskan semangat juang terhadap dua mahasiswi UIN Walisongo Semarang, bagi mereka hujan bukanlah penghalang untuk meraih impian yang telah dicita – citakan semenjak ia menginjakkan kaki ditanah pendidikan ini.
 bukan menjadi penghambat atas doa yang setiap malam ia sebut, ia pinta kepada pencipta alam jagat raya, keinginannya begitu besar, semangatnya begitu berkobar, impianya begitu tinggi kedua mahasiswi itu. Selain untuk menghilangkan kebodohan, agar menjadi bangsa yang memiliki kepribadian yang berintegritas, dan mencerdaskan diri mereka, juga untuk membahagiakan kedua orang tuanya, terlebih terhadap sang pahlawan yang telah membiayai, semenjak ia kecil hingga menyandang mahasiswi saat ini yang telah mengalirkan darah semangat kepadanya, yaitu sang ayah sosok pahlawan bagi mereka yang telah bersemayam dengan ramah senyum disurga disingga sana.
Semoga saja, ayah kedua mahasiswi itu, diampuni segala dosanya dan diberi kedamaian dialam baqa, serta menemani langkah kedua putrinya yang begitu semangat mencari ilmu demi masa depan dirinya dan keluarga. Tidak lupa membanggakan sang ayah sosok pahlawan sejati dalam kehidupan dirinya.
           Kedua mahasiswi itu adalah kawanku, bukan kawan kelas, bukan kawan jurusan, tapi kawan universitas yang terhimpun dalam wadah jagongan, cangkruk an, dan memiliki visi yang sama yaitu untuk belajar bersama.
Pesanku kepadamu kawanku,dan pesan kepadaku pribadi khususnya, keadaan apapun jangan dijadikan halangan untuk bangkit, kondisi semacam apapun bukan berarti tak bisa meraih selama kita masih berusaha dan berdoa, yang penting tetap semangat, janganlah berhenti berjuang hanya karena panas ataupun hujan, sebab orang yang yang memperjuangkan kita tidak pernah berhenti apapun cuacanya. Semoga engkau berhasil meraih apa yang dicita – citakannya, menggapai segala hasrat yang telah diidam –idamkan, dan dijadikan wanita yang sholehah, cerdas, dan memiliki kepribadian yang baik kepada sesama semua, dan aku meyaqininya engkau akan berhasil.
Selamat belajar, jangan lupa bahagia. semangat, perjuangan masih belum berakhir dan tiada akhir.
Inunk Ainul Yaqin
Di tanah Rantau, 23 November 2017



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genap Setahun Pengabdian

  Tepat 1 Februari 2022 lalu, saya memulai pengabdian di YIMA Islamic School setelah melewati rangkaian test dan prosedural sesuai ketetapan lembaga sebagaimana yang juga diberlakukan terhadap calon pegawai yang lain.   Bergabungnya saya di YIMA diperkarsai perintah salah satu orang yang perintah dan larangannya harus saya patuhi sehingga saya tidak berbuat banyak menanggapi hal tersebut. Padahal di waktu bersamaan saya menerima pemprosesan di salah satu tempat di Surabaya dan proses penerimaan di salah satu lembaga di Sidoarjo. Saya pun melewati rangkaian tahap demi tahap hingga sampai pada proses yang hampir mendekati final. Saya hanya berkesimpulan, di manapun insyallah jalan terbaik. Namun orang yang memerintah saya itu bersikukuh meminta saya untuk tinggal di Bondowoso setelah merantau selama hampir 12 tahun lamanya di kota orang, akhirnya YIMA yang saat ini saya berada di dalamnya menjadi pilihan. Dengan ridho seorang itu, akhirnya saya meyakinkan hati untuk memulai penge

Bagaimana Berkomunikasi ?

  Saya menganalisis dan mengutip beberapa bagian hasil pelatihan skill komunikasi tempo lalu yang saya coba kerucutkan menurut analisis saya sendiri, paling tidak dalam konteks yang secara pribadi saya alami sebagai makhluk sosial.   Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan “Bagaimana Berkomunikasi?” Sebab dalam berkomunikasi dengan siapapun, kita akan berhadapan beragam hal, situasi, kondisi, lawan bicara yang beragam karakter, mood komunikan, bahasa, kultur, waktu, tempat atau hal kompleks yang lain, sehingga yang kita butuhkan adalah mode dan cara komunikasi apa yang sebaiknya diaplikasikan menghadapi kejadian apapun dengan siapapun.   Maka tidak ada yang baku dan permanen suatu mode komunikasi diterapkan pada kasus tertentu. Sehingga menurut saya, mode dan cara berkomunikasi belum tentu bisa diterapkan secara sama pada kejadian maupun kasus yang serupa, apalagi berbeda terhadap orang yang berbeda pula. Seperti halnya pancingan respond saya terhadap kelompok

MENJADI GURU

Sehari sebelum tanggal peringatan hari guru nasional 2023, beberapa siswa datang ke saya mengutarakan permohonannya untuk merayakan hari guru bersama guru di kelasnya masing-masing. Saya tidak bertanya banyak perayaan seperti apa yang direncakan anak berusia kelas SD tersebut untuk mengenang moment hari guru itu. Saya hanya menimpali pertanyaan kepada mereka. Kapan pelaksanaan hari guru itu? Spontanitas mereka menjawab, “25 November”. Jawabnya penuh semangat. Pertanyaan berikutnya kenapa ada perayaan hari guru? Jawaban mereka beragam, namun keberagaman itu masih satu keutuhan yang menggambarkan peran guru, paling tidak sesuai pengalaman siswa SD tersebut bersama gurunya . “Karena guru adalah yang mengajarkan ilmu” , "Karena guru yang mengajarkan al qur'an",   “Karena guru yang mendidik soal budi pekerti yang baik”, “ Karena guru mengajarkan untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya”. Kurang lebih begitu jawaban sederhana mereka secara beragam. Pertanyaan se