Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

sebatas cerita, makhluq misteri

MAKHLUQ MISTERIUS Cerita malam: Inunk­_ AinulYaqin Kurang afdhol hidup di pesantren, bila tidak pernah merasakan   gundul, apalagi secara berjamaah, menurut pengakuan salah satu temanku. Setiap pesantren, salah satu ponpes Zainul Hasan di Jawa Timur yang dibangun oleh ulama’ min auliya’ Allah punya qonun asasi yang harus dipatuhi oleh semua santri, apabila peraturan itu tidak di tengadahkan maka sangsi yang menjadi konsekuensinya. itu membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat untuk mencari ilmu, dan barokah, tapi juga tempat untuk membenahi diri untuk hijroh menjadi lebih baik. Maka tidak salah bagi orang tua memilih pesantren untuk memondokkan anaknya untuk dididik menjadi manusia yang berbudi pekerti kepada semua orang, khususnya bersikap santun kepada kedua orang tua. Begitu juga dengan Ayah-ibuku menitipkan aku selama beberapa tahun lamanya mulai usia yang belum pernah mengalami mimpi basah dan belum bisa mengontrol duitku harus mengabiskan berapa dalam satu bulan

gus dur hidup, apabila kita meneladaniya

MENGHADIRI GUS DUR DENGAN MENELADANINYA Islam datang bukan merubah budaya leluhur kita menjadi budaya arab, bukan aku jadi ana, sampean jadi antum, sedulur jadi akhi, kita pertahankan milik kita, kita filtrasi ajarannya bukan budayanya. (Abdurrahman Wahid) Tugu muda yang berdiri tegak di tengah bundaran   lapangan depan Museum Deponegoro, menjadi simbol dari pada sejarah kota Semarang. Tadi malam tempat ini dijejaki manusia mulai dari PELITA (persaudaraan lintas agama), pelajar diberbagai perguruan tinggi kota semarang, dan aktivis sosial. Tapi bukan aksi bela agama yang berjilid - jilid, melainkan untuk merefleksikan perdamaian sebagai kegiatan dalam rangka memperingati houl ke tujuh bapak bagsa Abdurrahman Wahid atau Gus dur. Dan tak lupa, turut hadir masyarakat kendeng yang sudah 12 hari berbaring menuntut mencabut ijin lingkungan didepan pintu gerbang Kantor Gubernur untuk menunggu sang penguasa keluar dari sarang nya. De

santri memeperjuangkan kemerdekaan

Darah Santri Di ujung Sangsaka Merah Putih Oleh: Hasan Ainul Yaqin Satu tahun yang lalu pemerintah Indonesia baru mendeklarasikan hari santri Nasional bertepat pada tanggal 22 Oktober 2015. Pada hari tersebut berbagai pesantren di Nusantara melaksanakan upacara.   untuk menyambut hari santri juga membangun jiwa nasionalisme dikalangan Santri. Kata Santri, dalam kamus KBBI adalah orang yang belajar agama islam, makna ini mengacu secara universal, baik santri itu belajar di pesantren atau di sekolah, selama ia belajar ilmu agama islam maka ia disebut santri, Sedangkan menurut peneliti bernama Cc.Berg mengatakan bahwa kata Santri berasal dari bahasa India yaitu shastri , yang memiliki makna orang yang ahli kitab agama Hindu. Namun secara penamaan identitas santri adalah orang yang belajar ilmu agama di pesantren atau pondok. Ditempat itulah santri tidak hanya di asah intelektual, melainkan emosional dan spiritual seperti sopan santun, ajeg (istiqomah) , nasehat, taqwallah, rid