Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Obrolan Di Jalanan Mengasyikkan dan Mengharmoniskan

(foto ini diambil ketika jalan-jalan pagi habis ngopi saat bertugas di Desa Pedalaman sambil memerhati bunga desa di lingkungan sekitar) Oleh : Ink Wajah kampungku masih belum tampak berubah, seperti sedia kala saat saya masih kecil sampai saat ini, tidak tahu kalau sudah dewasa nanti ketika sudah pulang selamanya ke kampung apakah masih seperti dulu, atau ada perubahan desain pada keadaan lingkungan sekitarku, dimana saya dilahirkan?   Kerindangan pepohonan di belakang dan samping rumah memberi sedikit ruang pada matahari yang sinarnya begitu menyengat di siang hari, lambaian daunnya mendinginkan hati dan tidak meresahkan burung – burung berkicau merebahkan badannya diatas lahan, anak kecil berlari – lari bermain sesukanya dengan teman sebaya, menghabiskan waktunya hanya untuk bermain sesaat mereka pulang dari sekolah. Masalah terbesar dalam hidup mereka apabila orang tua menyuruh tidur dan melarangnya untuk bermain. Banyak permainan tradisional yang menjadi hobi anak keci

Sahur Bersama Ibu Negara

Jumat dini hari 25 Mei 2018 kerumunan orang tampak meramaikan tempat Pastoran Johanes Maria yang dijadikan acara sahur bersama Ibu Negara ke empat, Istri dari Abdurrahman Wahid yang biasa disapa Gus dur bagi siapa mengenalnya.   Keheningan malam yang dihiasi melodi lagu keroncong, music rebana serta tarian sufi yang diprakarsai Jaluluddin Rumi menambah kesyahduan malam yang dibalut berbagai lagu. mulai lagu religius sebagai bentuk Negara yang mengakui ketuhanan yang maha esa, lagu jawa sebagai petanda bahwa Negara ini kaya akan budaya dan sukunya termasuk jawa, serta lagu nasional sebagai bentuk cerminan Negara yang masyarakatnya berdiri tegak di pangkuan bumi pertiwi demi tanah airnya, tanah air yang penduduknya beraneka ragam agamanya, berbangsa dan bersuku berbeda – beda. Walaupun berbeda, mereka dipertemukan di bawah atap yang sama yakni Indonesia agar saling mengenal satu sama lain sesama anak bangsa. Keberagaman Indonesia ditampakkan di malam itu, meskipun acara sahur be

Merdeka Itu Ya Merdeka

oleh : ink Tepat 17 agustus 1945 atau dalam kalender Hijriah 9 Ramadhan 1364 H Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari cengkraman bangsa Kolonial maupun bangsa jepang yang menjajah berkisar 350 tahun lamanya. Waktu 350 bukan waktu sebentar, bangsa Indonesia telah berlarut lama menjadi korban kebrutalan yang menjadikan mereka tidak berdaya, tenaga dan jiwanya harus ia pertaruhkan agar dapat bertahan hidup meski harus merelakan menyerahkan sebagian nyawanya dan menggelontorkan keringatnya untuk bekerja di bawah tekanan bangsa penjajah. Baik kerja tanam paksa, kerja rodi, dan romusha harus ia paksakan melaksanakan sesuai perintah komando meskipun perintah tersebut tidak memperhatikan kondisi masyarakat Indonesia yang kala itu menjadi budak manis sang penguasa. Bekerja semampu dan sebisa mungkin bagi masyarakat yang berada dalam kukungan keterjajahan itu membutuhkan pertimbangan dari pada harus melayangkan nyawa dibelum waktunya. Menjaga harga diri juga pembelaan diri be

TERSESAT

Oleh : Hasan Ainul Yaqin (Inunk) Cahaya layar lebar di bioskop begitu mencolok menyinari ruang yang dipadati penonton dari setiap kalangan, keramaian di dalam ruangan tidak seperti biasanya yang hanya dipenuhi orang – orang bersaku tebal yang mampu membeli tiket untuk menonton film sesukanya, tetapi malam itu suasana tempat hobi kaum kelas atas demi sekedar menghilangkan kebosanan berubah menjadi suasana kesedihan dan keheningan. Hening Bukan karena malam mulai larut kemudian situasi menjadi hampa bagaikan orang yang tidak berani bicara lantang mengungkapkan kebenaran yang harus ia sampaikan, bukan juga karena ada orang meminta pertolongan tapi tak ada satupun yang rela mengulurkan tangannya, namun objek film inilah yang menjadikan suasana tampak berubah tidak seperti malam – malam biasanya yang   penuh tawa kala film komedi dipertontonkan, yang mengundang ketakutan kala film horor tertayang dengan penampilan menyeramkan, yang meluluhkan perasaan kala film romantisme percintaan

Islam Dan Kedaulatan Lingkungan

hujan yang hampir terus menerus mengguyur Indonesia semenjak tahun 2017 hingga saat ini memasuki babak awal 2018 masih belum beranjak pergi berganti musim, padahal bencana yang diakibatkan sudah banyak terjadi dipermukaan mulai dari rumah roboh karena tidak kuat menahan arus air yang begitu deras alirnya, ataupun rusak tertimbun tanah longsor merupakan salah satu sebabnya. Dari korban bencana yang bertubi – tubi itu, bukan hanya harta benda yang hilang, nyawapun ikut melayang. sebagai negara yang bangsanya mengakui keesaan tuhan sebagaimana dalam sila pertama   pancasila “ketuhanan yang maha esa” khususnya umat Islam, Tentu suatu bentuk protes terhadap tuhan   jika kita mengajukan pertanyaan mengapa hujan yang melanda Indonesia tidak kunjung reda sehingga mengakibatkan petaka bencana yang harus diterima bangsa ini. Seharusnya menurut penulis yang menjadi pokok persoalan yang harus kita nyatakan dan tanyakan adalah, mengapa banjir, tanah longsor dan bencana serupa lainnya sema