Langsung ke konten utama

Postingan

Sex Education For Children

Hasan Ainul Yaqin Perkembangan tekhnologi menyeret masyarakat mengkonsumsi kebutuhan dan keinginan apa saja yang tersaji di sosial media. Sosial media menawarkan beragam konten yang memancing masyarakat untuk mengakses, sehingga kemudahan akses terhadapnya melahirkan pergeseran budaya dan perubahan gaya hidup dalam beragam aspek. Salah satu aspek yang seharusnya menjadi kekhawatiran bersama adalah berkenaan dengan hubungan seksual ataupun pelecehan seksual di kalangan remaja, bahkan dalam kasus tertentu keadaan tersebut pun menyasar anak di bawah umur baik sebagai pelaku maupun berposisi menjadi korban. Berangkat dari latar belakang itulah, pendidikan seksual sangat dibutuhkan untuk diajarkan, disosialisasikan, diperhatikan secara serius kepada anak baik di lingkungan pendidikan di sekolah, lebih-lebih di lingkup pendidikan keluarga itu sendiri. Selama ini persepsi masyarakat kita masih menganggap tabu membicarakan seksualitas di level anak-anak. Mengapa demikian? Karena hal yang menga
Postingan terbaru

MENJADI GURU

Sehari sebelum tanggal peringatan hari guru nasional 2023, beberapa siswa datang ke saya mengutarakan permohonannya untuk merayakan hari guru bersama guru di kelasnya masing-masing. Saya tidak bertanya banyak perayaan seperti apa yang direncakan anak berusia kelas SD tersebut untuk mengenang moment hari guru itu. Saya hanya menimpali pertanyaan kepada mereka. Kapan pelaksanaan hari guru itu? Spontanitas mereka menjawab, “25 November”. Jawabnya penuh semangat. Pertanyaan berikutnya kenapa ada perayaan hari guru? Jawaban mereka beragam, namun keberagaman itu masih satu keutuhan yang menggambarkan peran guru, paling tidak sesuai pengalaman siswa SD tersebut bersama gurunya . “Karena guru adalah yang mengajarkan ilmu” , "Karena guru yang mengajarkan al qur'an",   “Karena guru yang mendidik soal budi pekerti yang baik”, “ Karena guru mengajarkan untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya”. Kurang lebih begitu jawaban sederhana mereka secara beragam. Pertanyaan se

BATAVIA

  Ke Jakarta meski bukan pertama kali singgah, saya tidak ingin meninggalkan cerita yang   telah saya lalui, paling tidak pada saat selama 3 hari di sana untuk ditulis. Jumat, 17 November 2023 saya ikut rombongan yang dikordinir pengurus DPP Tanaszaha pusat untuk meramaikan acara houl KH. Moh Hasan sekaligus pelantikan pengurus Tanaszaha Jabodetabek di Jakarta Pusat. Kegiatan dihadiri keluarga besar KH. Moh Hasan Mutawakkil Alallah dan KH. Hassan Ahsan Malik. Sekitar 40 anggota yang tersebar dari pengurus DPC   Nusantara hadir menyertai acara tersebut. Mengisi buku tamu yang disediakan panitia, tak asing dengan wajah penerima tamu di depan, ia pun menimpali sapaan serupa. Saya hampir lupa tidak mengenal namanya, kemudian saya meyakinkannya. Nadin bukan? Mas Inunk ya ? Ia adalah adik tingkat saya di keanggotaan pengurus Kemazaha Semarang yang sekarang resmi menjadi Tanaszaha Semarang. Pasca lulus dari Universitas Diponegoro Semarang, ia meniti karir di Jakarta seperti sekarang.

Bagaimana Berkomunikasi ?

  Saya menganalisis dan mengutip beberapa bagian hasil pelatihan skill komunikasi tempo lalu yang saya coba kerucutkan menurut analisis saya sendiri, paling tidak dalam konteks yang secara pribadi saya alami sebagai makhluk sosial.   Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan “Bagaimana Berkomunikasi?” Sebab dalam berkomunikasi dengan siapapun, kita akan berhadapan beragam hal, situasi, kondisi, lawan bicara yang beragam karakter, mood komunikan, bahasa, kultur, waktu, tempat atau hal kompleks yang lain, sehingga yang kita butuhkan adalah mode dan cara komunikasi apa yang sebaiknya diaplikasikan menghadapi kejadian apapun dengan siapapun.   Maka tidak ada yang baku dan permanen suatu mode komunikasi diterapkan pada kasus tertentu. Sehingga menurut saya, mode dan cara berkomunikasi belum tentu bisa diterapkan secara sama pada kejadian maupun kasus yang serupa, apalagi berbeda terhadap orang yang berbeda pula. Seperti halnya pancingan respond saya terhadap kelompok

Genap Setahun Pengabdian

  Tepat 1 Februari 2022 lalu, saya memulai pengabdian di YIMA Islamic School setelah melewati rangkaian test dan prosedural sesuai ketetapan lembaga sebagaimana yang juga diberlakukan terhadap calon pegawai yang lain.   Bergabungnya saya di YIMA diperkarsai perintah salah satu orang yang perintah dan larangannya harus saya patuhi sehingga saya tidak berbuat banyak menanggapi hal tersebut. Padahal di waktu bersamaan saya menerima pemprosesan di salah satu tempat di Surabaya dan proses penerimaan di salah satu lembaga di Sidoarjo. Saya pun melewati rangkaian tahap demi tahap hingga sampai pada proses yang hampir mendekati final. Saya hanya berkesimpulan, di manapun insyallah jalan terbaik. Namun orang yang memerintah saya itu bersikukuh meminta saya untuk tinggal di Bondowoso setelah merantau selama hampir 12 tahun lamanya di kota orang, akhirnya YIMA yang saat ini saya berada di dalamnya menjadi pilihan. Dengan ridho seorang itu, akhirnya saya meyakinkan hati untuk memulai penge

Nabi Muhammad Sang Creator Peradaban

  Membangun peradaban membutuhkan waktu, proses, tenaga, dan perjuanga n. Role model peradaban dalam Islam bahkan dunia adalah Nabi Muhammad SAW. Mengapa Nabi Muhammad? Saya tentu punya perspektif sendiri meyakini Nabi Muhammad sebagai sang creator peradaban sesungguhnya, tentu berdasar penjelajahan pengetahuan saya dari cakrawala dunia yang saya yakini kebenarannya. Peradaban dibangun tidak di zona nyaman dan tidak di ruang hampa, ia diperjuangkan di wilayah penuh keresahan, kegelisahan dan kezaliman. Saya tidak mempunyai pengertian spesifik apa itu peradaban. Dari segi kata, peradaban bisa dimaknai beradab persamaan kata berakhlak. Sesuai dengan diutusnya Nabi Muhammad yang beliau sabdakan “Sesungguhnya aku diutus ke dunia ini tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak” Akhlak kepada siapa ? kepada semua makhluk sekalipun ke benda mati, tapi paling tidak kepada sesama manusia, karena peradaban yang dibangun nabi adalah bagaimana memanusiakan manusia. Orintasinya adalah me

Nabi Muhammad Mewarisi Nilai, Bukan Profesi

Dalam kacamata sejarah Islam kita dapat mengurai Nabi Muhammad dalam berbagai dimensi, tidak hanya dalam satu sudut pandang sebagai seorang utusan. Sebagai utusan, Allah hendak mengubah peradaban yang sebelumnya dipenuhi kezaliman menjadi kesopanan, kecongkaan menjadi ketawadhu’an, kehinaan menjadi kemuliaan, kelacutan menjadi kehormatan, kebodohan menjadi kecerdasan, kekotoran menjadi kesucian, kemunduran menjadi kejayaan dan kegemilangan dan kekufuran menjadi berkemanusiaan. Misi agung itu Allah gantungkan pada sosok mulia bernama Baginda Muhammad Bin Abdullah. Pertanyaannya kemudian, mengapa kepada manusia bernama Muhammad? Nabi Muhammad adalah memang manusia pilihan Allah yang tidak dapat dipungkiri siapapun, sejarahnya telah ditulis oleh kajian terdahulu bahkan sebelum ia dilahirkan. Nama dan tanda-tandanya telah tercantum di Al quran sebagai kita suci yang dibawanya, kitab- suci sebelumnya seperti, Injil, Taurat, dan Zabur telah menjelaskan tanda-tanda kenabian Muhammad. Kajian d