Langsung ke konten utama

anak bertanya pada ayahnya




Malam yang tak begitu kelam menyelimuti suasana seorang lelaki yang hampir mendekati usia lensia itu, yang hanya sibuk menjalani aktifitas membaca dan merenungi nasib-nasib anaknya dikamarnya, lelaki yang pensiunan seorang guru itu mempunyai dua anak perempuan dan dua anak laki-laki tapi sayang anak laki-laki yang merupakan putra ketiga pergi mendahuluinya ketika masih usia dini. Namun ayah 4 anak tersebut tidak lama meratapi kesedihan dengan ditinggalkan oleh anaknya untuk bertemu sang ilahi, sebab anak ke empat yang merupakan anak bungsu kiriman tuhan itu tumbuh dengan akal yang cerdas dan hati yang bening. Sedangkan kedua anak perempuannya ikut sang suami yang bekerja hanya sebatas ibu rumah tangga. Lelaki tersebut selain tinggal bersama putra bungsu yang cerdas itu ia juga ditemani sosok wanita yang telah menjadi bagian hidupnya, yang menurutnya perempuan itu ialah perempuan yang mulia baginya setelah ibunya.
Si anak tersebut saat ini usianya masih tergolong remaja yakni 17 tahun dan masih duduk dibangku kelas tiga SMA, pola pikirnya dalam wawasan politik tak kalah dengan pemuda yang di perguruan tinggi yang sering kali tampil dimedia untuk urusan demontrasi, kecerdasan si anak dan keberaniannya dalam mengemukakan pendapat terbentuk sejak ia kecil, selain diberikan oleh tuhan juga dididik oleh sang ayah yang orang berpendidikan, jadi adakalanya benar jika pepatah mengatakan buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.
Ketika sang ayah duduk diruang tamu sambil membaca koran yang menjadi kegiatan rutinitas sebelum ia tidur, tiba-tiba anak putra kesayangannya yang baru saja membaca buku didalam kamarnya, entah apa yang dibaca, yang jelas tokoh idola sang anak adalah pahlawan proklamator Ir soekarno juga Guevara keluar untuk bertanya kepada bapaknya mengenai isu keadilan dan koruptor yang ada dibumi pertiwi ini, duduklah anak disamping bapaknya dengan  tingkah sopan yang merupakan ketawaddu’an anak terhadap bapaknya, dan terjadilah dialog diantara keduanya.
Ayah, terusik hatiku saat mendengarkan berita yang menjengkelkan yang kubaca yang merugikan rakyat ini yah, si anak memulainya.
Emang engakau membaca apa anakku, jawab ayah dengan nada penasaran.
Koran yah, banyak berita korupsi, suap, dan suatu hal yang merugikan rakyat dan negara didalamnya, mulai dari pejabat, pembuat undang-undang, dan bahkan penegak hukum; dengan lancarnya menjelaskan si anak itu.
Bagus kalau begitu nak, kalau kamu merasa gundah atas tindakan mereka, sebab, siapa lagi kalau bukan pemuda sepertimu sebagai generasi bangsa; dukung ayah terhadap anaknya.
Terus, apa yang harus aku lakukan yah, apakah saya harus mengkritisi, mengkritik mereka melalui tulisan atau turun kejalan yah?; tanya anak dengan nada yang menggebu-gebu, namun nada itu bukan dimaksudkan terhadap ayahnya, tapi kepada apa yang ia baca dan ia rasakan saat ini.
Semua yang kamu inginkan, sangatlah boleh untuk kamu lakukan, tapi ingat anakku(peringatan halus dari sang ayah terhadap anaknya) saat kamu melakukakan itu, lakukanlah kritikan , dan kritisan itu untuk kamu juga nak dan dirimu itu harus kamu dahului; pesan ayah terhadap putra kesayangannya.
Iya yah,(mengangguk kepala si anak tersebut), emang kenapa yah, saya kok harus mengkritisi diri saya ?; selalu tanya si anak tersebut, dengan filsafatnya, yang pernah ia baca yang membuatnya ia bertanya-tanaya.
Seandainya kamu tau nak, dulu itu, mereka yang kamu baca dilembaran itu atau yang kamu dengar beritanya, mereka itu kritis terhadap orang diatasnya, mereka mengkritik habis-habisan, ya ,seperti kamu itu, entah melalui tulisan atau turun kejalan, tapi sayang nak, mereka lupa untuk mengritisi dirinya, ya akhirnya mereka berbuat sedemikian rupa.; jelaskan dengan rinci ayah tersebut.
Saya yah, saya akan lakukan itu(menganggukkan kepala kembali anak tersebut).
Sudah kembalilah keruanganmu nak waktu sudah malam. Jangan lupa, saat kamu menginginkan perubahan, perubahan sikap itu harus kamu dahulukan, sejak kapan? Ya sejak sekarang.(pesan ayah atas anaknya yang sekalian memerintahkan untuk tidur).
Iya yah, semoga umur ayah dipanjangkan dan diberkahkan, agar saya bisa bertanya, bisa mengadu atas apa yang akan aku tanya dan akan aku adukan.(jawab anak dengan diimbuhi doa terhadap ayahnya)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genap Setahun Pengabdian

  Tepat 1 Februari 2022 lalu, saya memulai pengabdian di YIMA Islamic School setelah melewati rangkaian test dan prosedural sesuai ketetapan lembaga sebagaimana yang juga diberlakukan terhadap calon pegawai yang lain.   Bergabungnya saya di YIMA diperkarsai perintah salah satu orang yang perintah dan larangannya harus saya patuhi sehingga saya tidak berbuat banyak menanggapi hal tersebut. Padahal di waktu bersamaan saya menerima pemprosesan di salah satu tempat di Surabaya dan proses penerimaan di salah satu lembaga di Sidoarjo. Saya pun melewati rangkaian tahap demi tahap hingga sampai pada proses yang hampir mendekati final. Saya hanya berkesimpulan, di manapun insyallah jalan terbaik. Namun orang yang memerintah saya itu bersikukuh meminta saya untuk tinggal di Bondowoso setelah merantau selama hampir 12 tahun lamanya di kota orang, akhirnya YIMA yang saat ini saya berada di dalamnya menjadi pilihan. Dengan ridho seorang itu, akhirnya saya meyakinkan hati untuk memulai penge

Bagaimana Berkomunikasi ?

  Saya menganalisis dan mengutip beberapa bagian hasil pelatihan skill komunikasi tempo lalu yang saya coba kerucutkan menurut analisis saya sendiri, paling tidak dalam konteks yang secara pribadi saya alami sebagai makhluk sosial.   Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan “Bagaimana Berkomunikasi?” Sebab dalam berkomunikasi dengan siapapun, kita akan berhadapan beragam hal, situasi, kondisi, lawan bicara yang beragam karakter, mood komunikan, bahasa, kultur, waktu, tempat atau hal kompleks yang lain, sehingga yang kita butuhkan adalah mode dan cara komunikasi apa yang sebaiknya diaplikasikan menghadapi kejadian apapun dengan siapapun.   Maka tidak ada yang baku dan permanen suatu mode komunikasi diterapkan pada kasus tertentu. Sehingga menurut saya, mode dan cara berkomunikasi belum tentu bisa diterapkan secara sama pada kejadian maupun kasus yang serupa, apalagi berbeda terhadap orang yang berbeda pula. Seperti halnya pancingan respond saya terhadap kelompok

MENJADI GURU

Sehari sebelum tanggal peringatan hari guru nasional 2023, beberapa siswa datang ke saya mengutarakan permohonannya untuk merayakan hari guru bersama guru di kelasnya masing-masing. Saya tidak bertanya banyak perayaan seperti apa yang direncakan anak berusia kelas SD tersebut untuk mengenang moment hari guru itu. Saya hanya menimpali pertanyaan kepada mereka. Kapan pelaksanaan hari guru itu? Spontanitas mereka menjawab, “25 November”. Jawabnya penuh semangat. Pertanyaan berikutnya kenapa ada perayaan hari guru? Jawaban mereka beragam, namun keberagaman itu masih satu keutuhan yang menggambarkan peran guru, paling tidak sesuai pengalaman siswa SD tersebut bersama gurunya . “Karena guru adalah yang mengajarkan ilmu” , "Karena guru yang mengajarkan al qur'an",   “Karena guru yang mendidik soal budi pekerti yang baik”, “ Karena guru mengajarkan untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya”. Kurang lebih begitu jawaban sederhana mereka secara beragam. Pertanyaan se