Sebagaimana tradisi di Jawa
kata teman saya, orang bertamu apalagi sampai dipersilahkan bermalam sampai
berhari-hari, rasanya kurang enak bila sebelum pulang tidak menyisihkan sesuatu
untuk diberikan ke tuan rumah sebagai bentuk rasa terima kasih meskipun tuan
rumah sendiri tidak berharap demikian. Tapi namanya tradisi yang berasaskan
kepatutan hendaknya diberikan walaupun dalam bentuk apa barang itu.
Setelah berhasil disepakati,
dipilihlah membeli buah untuk diberikan ke bu Tini dan Sembako buat Bu Tri.
Mengapa tidak dipukul rata atau diperlakukan sama ? bukan tanpa pertimbangan
kami mengambil sikap sedemikian. Berhubung bu Tini seorang pedagang, warungnya termasuk
besar. Maka dimusyawarahkan untuk dibelikan buah-buahan. Sementara bu Tri
dibelikan kebutuhan dapur atau Sembilan bahan pokok kalau orang menyebutnya
alias sembako.
Malam harinya Fina dan Nia
sudah merancang untuk membeli apa saja besok harinya di pasar, sebelum kita
berpamitan pulang. Saya serahkan kepada mereka yang memang lebih tahu urusan
sembako. Soalnya saya pribadi memang belum pernah mengurus hal-hal demikian.
Meskipun di pondok pernah berurusan dengan urusan masak-masak atau mayoran
kalau Bahasa santri. tapi untuk membeli kebutuhan pokok ada teman saya yang
memang ditugasi untuk membeli, mereka cukup hafal warung dimana tempat jualan
sembako.
Selama ada harga lebih
murah, maka disana mereka membelinya. Masih teringat di benak saya, bila ingin
masak bareng, saya di pondok bagian tugas bakar terong, ngupas bawang,
memelintir cabe dan tomat. Setiap masak bersama, tugas ini tidak luput saya
kerjakan. Tentu kerja sama dengan teman santri seperjuangan juga.
Di tengah malam sebelum
tidur, kita sepakat untuk ke pasarnya jam 06 pagi. Waktu itu sangat pagi
sekali. Mereka meragukan saya apakah bisa bagun atau tidak jam segitu. Saya
mencoba meyaqinkan mereka kalau saya paling akhir bangun jam 06.00 tidak lebih.
Mau tidur jam berapun itu, sebelum jam 06.00 insyaallah dipastikan bangun.
Kecuali hari minggu seperti cerita sebelumnya.
Tepat jam 06.00 saya bermain
ke tempat mereka tinggal yaitu di rumah Bu Tri untuk bersiap siap ke pasar di
waktu yang telah disepakati. Sementara Arif sedang tidur di kamar, saya ajak
bilangnya tidak ikut ke pasar. Jadinya bertiga kami kesana dengan Fina dan Nia.
Fina mengasih tahu hasil rancanganya ke saya yang akan dibeli di pasar. Saya baca
satu-satu rancanganya apa saja yang akan dibelnya dengan mimik wajah terlihat
kesoktahuan, namun Tanpa basa-basi saya iyakan saja menyesuaikan dengan
pendapat mereka. karena memang tidak mengerti.
Pagi hari pasar sudah mulai
ramai dari tawar menawar antara penjual dan pembeli, persaingan antar penjual
tidak sampai menaruh pandang elok dan menjatuhkan lawan saingnya. Mereka duduk
sama rendah sambil menunggu pelanggan. Kalau ada pembeli mereka bersyukur kalau
tidak, berarti bukan rizkinya. Kata mereka.
Si Fina dan Nia sibuk dengan
barang yang dibelinya di pasar, mereka mulai memilih dan memilah barang sesuai
rancanganya tadi malam. Saya hanya mengamati kesibukan mereka berdialog dengan
penjualnya. Saya mencoba keluar sebentar dari toko itu, tolah-toleh ke kanan
kiri, melihat orang berlalu lalang sambil memikul barang yang sudah dibelinya.
Anak kecil sedang manja meminta dibelikan mainan pada orang tuanya, orang tua
pun menuruti kemauan sang anak tersebut. Keramaian di pasar menyenangkan
diamati.
Setelah semuanya beres
terbeli, tanpa disuruh oleh Fina dan Nia, saya pikul barang hasil belianya itu.
maklum saya bisanya mengantar dan membawanya tapi tidak bisa merancang dan
menentukan pilihan dalam soal urusan dapur. (ink) 17/11/18
Kayak ka ka end
BalasHapuska end siapa ya..?
HapusSukses selalu kawan 👍👍👍
BalasHapusamin ya robbal alamin
Hapus