Sesuai hasil kesepakatan
selama di lokasi, rumah Bu Tri buat tempat makan bagi kami tim pencari informasi
masyarakat pinggiran. Tugas dapur memang bukan kewajiban bagi seorang perempuan.
tetapi fakta budaya masyarakat Indonesia telah mensinyalir kalau bicara terkait
perempuan kebanyakan menempatkan tugas perempuan berada di dapur salah satunya
yaitu memasak.
Hal ini tidak bisa dinafikan
adanya, karena kebanyakan terjadi memanglah begini. Bukan berarti tugas urusan
masak memasak permanen bagi perempuan dan menjadi kewajiban bagi diri mereka.
tidak. hanya saja faktor budaya dalam masyarakat kita utamanya di pedesaan
perempuan memposisikan peranya dalam urusan masak – memasak. entah memasakan
buat keluarganya maupun buat suami tercintanya jika mereka kelak akan menikah.
Fina adalah salah satu teman
kami, gadis asli tegal ini mengaku kalau diajarkan masak oleh orang tuanya
semenjak sekolah dasar. Maka tidak heran di usia yang sudah memasuki fase 20 an
soal memasak dapat dimaklumi bila ia banyak tahu tentang masakan apapun itu berikut
bumbunya supaya masakan tampak lebih sedap di lidah. Saya berucap padanya “hal
sederhana membuat perempuan senang, pujilah hasil masakanya,” kataku.
Mengajarkan perempuan soal masak saya temui juga di kampung saya. bila usianya semakin bertambah dan mulai mengenali lingkungan sekitar anak perempuan akan dikenalkan dengan banyak hal oleh keluarganya. Mulai dari urusan memasak, bersih rumah dan tugas – tugas lainya. Tentu mengingatkan untuk belajar dan berbuat baik pada orang lain juga tidak dilupakan. Mengajari memasak pada anak perempuan di kampung biasanya dengan cara melibatkan anak perempuannya secara langsung alias tanpa paksaan
Mengajarkan perempuan soal masak saya temui juga di kampung saya. bila usianya semakin bertambah dan mulai mengenali lingkungan sekitar anak perempuan akan dikenalkan dengan banyak hal oleh keluarganya. Mulai dari urusan memasak, bersih rumah dan tugas – tugas lainya. Tentu mengingatkan untuk belajar dan berbuat baik pada orang lain juga tidak dilupakan. Mengajari memasak pada anak perempuan di kampung biasanya dengan cara melibatkan anak perempuannya secara langsung alias tanpa paksaan
Minggu siang menjelang sore
kami berenam niat ke pelabuhan, melihat gelombang ombak saat ditiup angin. Tiupan
angin membawa keberkahan bagi nelayan untuk mencari nafkah di laut.Setelah mengelilingi
dermaga dan memandang ciptaan tuhan yang begitu menakjubkan ini mengingatkan
kami bahwa tuhan memang maha agung, segala sesuatu di bumi ialah hasil ciptaanya.
Setelah panas matahari menyengat kulit, kami pergi ke tempat penjualan ikan yang diambil langsung
dari wadahnya yaitu laut.
Bekas hujan yang
mengguyurnya, jalanan menuju kesana tampak licin. lumpur dan air berpoles bercampur aduk menempel di jalanan yang kami
terjal itu. anak-anak kecil pesisir riang gembira kami lihat, mereka bermain
gabah berisi kain yang sudah tidak dipakai. Megambilnya lalu ditancapkan ke
punggung temanya. Mereka berlompat – lompatan di atas kain yang berada di pojok
jalan.
Tanpa ada kegelisahan sedikitpun
menyertai anak pantai itu, kesenangan dan keasyikan bermain membuatnya
memandang dunia hanya penuh lelucon yang cukup pantas ditertawakan bagi mereka.
saling kejar satu sama lain diantara mereka menikmati permainan itu, permaianan
ini menostalkia masa kecilku di kampung. Dahulu bila ada orang habis panen
padinya, sebelum diangkut di mobil biasanya dibuat lompat-lompatan oleh saya
dan teman – teman. sebelum pulang rumah kurang afdhol rasanya bila tidak ada kotoran
yang membekas di tubuh. waktu itu.
Sesampai di tempat penjualan
ikan, hanya Fina dan Nia yang mencari lauk buat masakan keesokan harinya
ditemani bu Lastri dan Bu Wahidah. Kebetulan bu Wahidah memang berencana beli
ikan laut buat dihadiahkan pada suami dan anaknya. Saya sendiri menunggu di
lahan parkir melihat pedagang yang mengipasi daganganya supaya tidak dihinggapi
lalat maupun serangga lainya.
Ada ibu satu entah siapa namanya
jualanya masih banyak, menunggu pembeli. Sembari menunggu ia jagong dengan
pedagang di sebelahnya Saya dan Arif tidak
memberi komentar apapun pada mereka yang bertugas dalam hal pembelanjaan Fina
dan Nia. Mau beli ikan apa dan mau masak apa saya menurut kemauan mereka.
ketika mereka ingin masak ini dan senang dengan masakan yang dibelinya. Tanpa saran
apapun masakan hasil masakanya tidak perlu khawatir pasti dimakan.
Mereka jadinya beli udang
segar untuk dimasak keseokan harinya. Bu Tri, Fina, dan Nia musyawaroh mau
dimasak gaya apa udang yang dibeli hari kemarin itu. Setelah musyawaroh menyatukan pendapat dipilihlah racikan udang sambal
balado dengan sajian cabe merah yang membuat masakan hasil olahan mereka lebih
mantap. Enaknya masakan itu, memang tergantung masakanya atau yang memasak ?
saya kira tidak perlu menilai atau mengomentari masakan mereka, dimasakin saja
sudah bersyukur.(INK) 16/11/18
Komentar
Posting Komentar