Dalam diri manusia terdapat hasrat ingin meraup sesuatu yang dapat diambil kegunaannya ataupun hanya
sekedar mengkonsumsi meski sebenarnya tidak mengandung kemanfaatan sama sekali.
Semua manusia punya keinginan bagaimana hidupnya nyaman. Namun kenyamanan tidak
memberi ketentraman jika kenyamanan yang didapat tak diperoleh dari perjuangan.
Sebenarnya kenyamanan yang berarti apabila ada perjuangan yang mendasari.
Banyak kawan diantara kita ingin hidup nyaman, meski kenyamanan itu bersifat
relatif. Ada orang merasa nyaman jika hidup penuh bergelimang harta, sehingga
bisa membeli untuk mendapatkan sesuatu sesukanya, naluri setiap manusia pasti
ingin punya harta yang banyak meski kadar kebutuhan manusia berbeda – beda. Namun
tidak bisa dibohongi keinginan manusia mengejar dunia sebanyak mungkin adalah
tindakan yang wajar.
Lagi pula manusia adalah makhluq ekonomis yang berarti makhluk hendak
beranjak memburu materi. Ini hal wajar selama didapat dari jerih payah tenaga
serta semangat kerja keras dalam arti tidak merugikan orang lain, apalagi
sampai menindasnya. Berbeda jika mengejar dunia berasal dari uang haram ataupun
yang belum jelas sumbernya yang seharusnya tidak dilakukan, ini bukanlah
perjuangan hidup, tapi penindasan orang banyak demi kepentingan individu. Tentu
tindakan ini dilarang dalam setiap aturan atau norma yang menjadi keyaqinan
semua orang. Maka yang dimaksud perjungan manusia yaitu bekerja keras, bersusah
payah dalam meraih, dan kobaran api semangatpun tidaklah boleh padam.
Namun proses peraihan manusia harus ditopang moral yang jernih dan akal
yang sehat, sehingga dalam mencapai sesuatu yang diraihnya tidaklah
bersebrangan dengan garis orbit yang bersifat semaunya sendiri tanpa mengabaikan
makna yang harus cermati dan nilai – nilai kemanusian. Apabila ini diperhatikan,
maka hasil yang didapat tidaklah dikuasai sendiri. Bagaimanapun juga manusia
adalah makhluq adalah makhluq sosial, maka keadaan masyarakat sekitar tidak
lepas dari pantauan perhatian.
Ini baru saja keinginan dalam hal
ekonomi, berbeda dengan pandangan politik, hidup nyaman apabila dapat menduduki
keuasaan, sehingga dengan berkuasanya seseorang disitupula orang akan berbuat
perintah atau larangan entah demi kepentingan sang penguasa, atau demi
kepentingan orang banyak. Tapi yang jelas, seorang pemimpin pantas diberi nama
pemimpin apabila bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Sebenarnya keberhasilan
seorang pemimpin bukan hanya nyaman atas kekuasaan yang diraihnya, melainkan
karena kekuasaannya dapat menjadi alat pengendali yang didasari pada sikap
tanggung jawab dan kejujuran dapat berdampak pada ketenraman dan kenyamanan
masyarakat.
Kemudian kita membincangkan kehidupan mahasiswa sebagai orang yang sedikit
lebih tau tentang apa arti hidup, serta hidup yang nyaman bagaimana. Mahasiswa
sebagai kaum cendikiawan yang berdiri dimenara gading menyaksikan negaranya
yang harus ia perbaiki, terkadang jauh dari harapan mengingat pekerjaan
mahasiswa itu itu saja tidaklah mengalami perubahan.
bahkan tugas pokok mahasiswa yang menjadi keyaqinan banyak orang lepas ia
tinggalkan seperti tak ada minat membaca, minimnya tingkat literasi, dan
membicarakan isu yang dikemas dalam bentuk diskusi lambat laun tergantikan dengan
aktivitas nongkrong membicarakan hal yang tak jelas alurnya, mungkin nilai
manfaatnya hanya menghilangkan setres dikepala. Kalau tugas pokok mahasiswa
sudah ia musnahkan dalam benaknya, sebenarya aktivitas apa yang ia lakukan
selama ia menjadi makhluq yang dilabeli mahasiswa ?
Berbicara sejarah indonesia, terlebih jika bicara kemerdekaan indonesia,
dosa besar jika kita menghilangkan peran pemuda yang telah berkonstribusi
melahirkan gagasan dan gerakannya demi tercapainya kemerdekaan melawan cengkraman
impralisme kaum kolonial yang 3 abad lebih menguasai tanah hindia belanda. Perjuangan
kerasnya , semangat kemerdekaan yang membekas dalam jiwanya demi kepentingan
negaranya mengalahkan hasrat kenyamanan masing – masing individu. Penghormatan
terhadap pemuda melalui dideklarasikan hari sumpah pemuda adalah hari yang
memang harus ditetapkan oleh negara.
Selain sebagai jasa pengharagaan sekaligus kehormatan, yang lebih penting
membuka mata bathin pemuda sekarang dalam tanda kutib mahasiswa sebagai
genarasi warisan pemuda sebelumnya untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah
diraihnya. Perbedaan zaman, bedalah generasinya, beda generasi bedapula
tantangannya. Kalau pemuda dahulu tantangannya adalah melawan penjajah dan
bercita – cita mencapai kemerdekaan Indnesia.
maka pemuda saat ini adalah melawan bangsanya sendiri terlebih melawan
nafsu diri sendiri yang seringkali terninabobokkan dari penjajah kasat mata,
yang sering terlena dari kepentingan sesaat dengan mengorbankan kesempatan yang
harus ia lakukan. Sudah saatnya mahasiswa harus bagkit dari Zona nyaman, nyaman
dari bermalas malasan, nyaman dari gaya hidup, nyaman tidak belajar, nyaman
berfoya – foya, jika mahasiswa tidak berani atau malas beranjak bangun menuju
tangga perjuangan, maka disanalah mahasiswa belum bangun dari tidur panjangnya.
Sabtu, 24 Februari 2018
Komentar
Posting Komentar