Langsung ke konten utama

Bangkit Dari Zona Nyaman




Dalam diri manusia terdapat hasrat ingin meraup sesuatu  yang dapat diambil kegunaannya ataupun hanya sekedar mengkonsumsi meski sebenarnya tidak mengandung kemanfaatan sama sekali. Semua manusia punya keinginan bagaimana hidupnya nyaman. Namun kenyamanan tidak memberi ketentraman jika kenyamanan yang didapat tak diperoleh dari perjuangan. Sebenarnya kenyamanan yang berarti apabila ada perjuangan yang mendasari.
Banyak kawan diantara kita ingin hidup nyaman, meski kenyamanan itu bersifat relatif. Ada orang merasa nyaman jika hidup penuh bergelimang harta, sehingga bisa membeli untuk mendapatkan sesuatu sesukanya, naluri setiap manusia pasti ingin punya harta yang banyak meski kadar kebutuhan manusia berbeda – beda. Namun tidak bisa dibohongi keinginan manusia mengejar dunia sebanyak mungkin adalah tindakan yang wajar.
Lagi pula manusia adalah makhluq ekonomis yang berarti makhluk hendak beranjak memburu materi. Ini hal wajar selama didapat dari jerih payah tenaga serta semangat kerja keras dalam arti tidak merugikan orang lain, apalagi sampai menindasnya. Berbeda jika mengejar dunia berasal dari uang haram ataupun yang belum jelas sumbernya yang seharusnya tidak dilakukan, ini bukanlah perjuangan hidup, tapi penindasan orang banyak demi kepentingan individu. Tentu tindakan ini dilarang dalam setiap aturan atau norma yang menjadi keyaqinan semua orang. Maka yang dimaksud perjungan manusia yaitu bekerja keras, bersusah payah dalam meraih, dan kobaran api semangatpun tidaklah boleh padam.
Namun proses peraihan manusia harus ditopang moral yang jernih dan akal yang sehat, sehingga dalam mencapai sesuatu yang diraihnya tidaklah bersebrangan dengan garis orbit yang bersifat semaunya sendiri tanpa mengabaikan makna yang harus cermati dan nilai – nilai kemanusian. Apabila ini diperhatikan, maka hasil yang didapat tidaklah dikuasai sendiri. Bagaimanapun juga manusia adalah makhluq adalah makhluq sosial, maka keadaan masyarakat sekitar tidak lepas dari pantauan perhatian.
Ini baru saja  keinginan dalam hal ekonomi, berbeda dengan pandangan politik, hidup nyaman apabila dapat menduduki keuasaan, sehingga dengan berkuasanya seseorang disitupula orang akan berbuat perintah atau larangan entah demi kepentingan sang penguasa, atau demi kepentingan orang banyak. Tapi yang jelas, seorang pemimpin pantas diberi nama pemimpin apabila bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Sebenarnya keberhasilan seorang pemimpin bukan hanya nyaman atas kekuasaan yang diraihnya, melainkan karena kekuasaannya dapat menjadi alat pengendali yang didasari pada sikap tanggung jawab dan kejujuran dapat berdampak pada ketenraman dan kenyamanan masyarakat.
Kemudian kita membincangkan kehidupan mahasiswa sebagai orang yang sedikit lebih tau tentang apa arti hidup, serta hidup yang nyaman bagaimana. Mahasiswa sebagai kaum cendikiawan yang berdiri dimenara gading menyaksikan negaranya yang harus ia perbaiki, terkadang jauh dari harapan mengingat pekerjaan mahasiswa itu itu saja tidaklah mengalami perubahan.
bahkan tugas pokok mahasiswa yang menjadi keyaqinan banyak orang lepas ia tinggalkan seperti tak ada minat membaca, minimnya tingkat literasi, dan membicarakan isu yang dikemas dalam bentuk diskusi lambat laun tergantikan dengan aktivitas nongkrong membicarakan hal yang tak jelas alurnya, mungkin nilai manfaatnya hanya menghilangkan setres dikepala. Kalau tugas pokok mahasiswa sudah ia musnahkan dalam benaknya, sebenarya aktivitas apa yang ia lakukan selama ia menjadi makhluq yang dilabeli mahasiswa ?
Berbicara sejarah indonesia, terlebih jika bicara kemerdekaan indonesia, dosa besar jika kita menghilangkan peran pemuda yang telah berkonstribusi melahirkan gagasan dan gerakannya demi tercapainya kemerdekaan melawan cengkraman impralisme kaum kolonial yang 3 abad lebih menguasai tanah hindia belanda. Perjuangan kerasnya , semangat kemerdekaan yang membekas dalam jiwanya demi kepentingan negaranya mengalahkan hasrat kenyamanan masing – masing individu. Penghormatan terhadap pemuda melalui dideklarasikan hari sumpah pemuda adalah hari yang memang harus ditetapkan oleh negara.
Selain sebagai jasa pengharagaan sekaligus kehormatan, yang lebih penting membuka mata bathin pemuda sekarang dalam tanda kutib mahasiswa sebagai genarasi warisan pemuda sebelumnya untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraihnya. Perbedaan zaman, bedalah generasinya, beda generasi bedapula tantangannya. Kalau pemuda dahulu tantangannya adalah melawan penjajah dan bercita – cita mencapai kemerdekaan Indnesia.
maka pemuda saat ini adalah melawan bangsanya sendiri terlebih melawan nafsu diri sendiri yang seringkali terninabobokkan dari penjajah kasat mata, yang sering terlena dari kepentingan sesaat dengan mengorbankan kesempatan yang harus ia lakukan. Sudah saatnya mahasiswa harus bagkit dari Zona nyaman, nyaman dari bermalas malasan, nyaman dari gaya hidup, nyaman tidak belajar, nyaman berfoya – foya, jika mahasiswa tidak berani atau malas beranjak bangun menuju tangga perjuangan, maka disanalah mahasiswa belum bangun dari tidur panjangnya.
Sabtu, 24 Februari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genap Setahun Pengabdian

  Tepat 1 Februari 2022 lalu, saya memulai pengabdian di YIMA Islamic School setelah melewati rangkaian test dan prosedural sesuai ketetapan lembaga sebagaimana yang juga diberlakukan terhadap calon pegawai yang lain.   Bergabungnya saya di YIMA diperkarsai perintah salah satu orang yang perintah dan larangannya harus saya patuhi sehingga saya tidak berbuat banyak menanggapi hal tersebut. Padahal di waktu bersamaan saya menerima pemprosesan di salah satu tempat di Surabaya dan proses penerimaan di salah satu lembaga di Sidoarjo. Saya pun melewati rangkaian tahap demi tahap hingga sampai pada proses yang hampir mendekati final. Saya hanya berkesimpulan, di manapun insyallah jalan terbaik. Namun orang yang memerintah saya itu bersikukuh meminta saya untuk tinggal di Bondowoso setelah merantau selama hampir 12 tahun lamanya di kota orang, akhirnya YIMA yang saat ini saya berada di dalamnya menjadi pilihan. Dengan ridho seorang itu, akhirnya saya meyakinkan hati untuk memulai penge

Bagaimana Berkomunikasi ?

  Saya menganalisis dan mengutip beberapa bagian hasil pelatihan skill komunikasi tempo lalu yang saya coba kerucutkan menurut analisis saya sendiri, paling tidak dalam konteks yang secara pribadi saya alami sebagai makhluk sosial.   Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan “Bagaimana Berkomunikasi?” Sebab dalam berkomunikasi dengan siapapun, kita akan berhadapan beragam hal, situasi, kondisi, lawan bicara yang beragam karakter, mood komunikan, bahasa, kultur, waktu, tempat atau hal kompleks yang lain, sehingga yang kita butuhkan adalah mode dan cara komunikasi apa yang sebaiknya diaplikasikan menghadapi kejadian apapun dengan siapapun.   Maka tidak ada yang baku dan permanen suatu mode komunikasi diterapkan pada kasus tertentu. Sehingga menurut saya, mode dan cara berkomunikasi belum tentu bisa diterapkan secara sama pada kejadian maupun kasus yang serupa, apalagi berbeda terhadap orang yang berbeda pula. Seperti halnya pancingan respond saya terhadap kelompok

MENJADI GURU

Sehari sebelum tanggal peringatan hari guru nasional 2023, beberapa siswa datang ke saya mengutarakan permohonannya untuk merayakan hari guru bersama guru di kelasnya masing-masing. Saya tidak bertanya banyak perayaan seperti apa yang direncakan anak berusia kelas SD tersebut untuk mengenang moment hari guru itu. Saya hanya menimpali pertanyaan kepada mereka. Kapan pelaksanaan hari guru itu? Spontanitas mereka menjawab, “25 November”. Jawabnya penuh semangat. Pertanyaan berikutnya kenapa ada perayaan hari guru? Jawaban mereka beragam, namun keberagaman itu masih satu keutuhan yang menggambarkan peran guru, paling tidak sesuai pengalaman siswa SD tersebut bersama gurunya . “Karena guru adalah yang mengajarkan ilmu” , "Karena guru yang mengajarkan al qur'an",   “Karena guru yang mendidik soal budi pekerti yang baik”, “ Karena guru mengajarkan untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya”. Kurang lebih begitu jawaban sederhana mereka secara beragam. Pertanyaan se