(gambar : merdeka.com) |
Saat buka handphone dan melihat status beberapa teman di WA, tiba-tiba saya
melihat status salah satu teman saya. dalam status itu, ia memperlihatkan
kehebohan teman-temanya yang sedang berkumpul di depan televisi. Berkumpul
dengan riang gembira sambil jari telunjuk menodong ke layar televisi untuk
memastikan sebenaranya apa dan siapa yang ditontonya.
Dalam suara di status Video dengan durasi waktu beberapa detik tersebut
terdengar nama inisial VA yang disebut dalam perkumpulan itu, Artis yang
terlibat dalam prostitusi online di Surabaya Jawa Timur. Bukan hanya dalam
satu bentuk video itu saya dapati. Di status teman – teman yang lain pun
pada mendadak muncul gambar artis inisial VA. Tentu hal itu menambah suram
keburukan VA.
Kejadian itu membuat goncangan begitu dahsyat di media maya ataupun di
ruang nyata. Semuanya membincangkan nama artis yang cukup masyhur namanya
di perfilm an Indonesia. ketika ketahuan terduga kasus prostitusi online,
dihujatnya, dicibirnya dengan lagak yang cukup mengelikan. Bahkan status di
salah satu media sosialnya si VA yang sebelumya sepi dari cibiran, tiba –
tiba dibanjiri komentar netizen yang mengolok, mengutuk, dan mencemooh
terhadap VA.
Kasus prostitusi onlien yang terjadi 2 hari kemarin tersebut, membuat
goncangan publik di negeri seksualitas ini. menjadi heboh sejagat raya. Ya
saya namai negeri seksualitas, karena di negeri ini ketika terjadi kasus
prostitusi yang kelihatan vulgar, publikpun mencari tahu menelusuri latar
belakang dan kehidupanya. Dimana-mana dibincangkan. Di warung kopi menjadi
bahan obrolan mengasyikkan, di tempat ibadah menjadi topik ceramah
memabukkan. Di banyak tempat isu dan kasus itu tidak lepas dari control
omongan banyak orang.
Begitupun pada kasus VA. Ada dua hal yang membuat mengapa kasus VA
menguncangkan masyarakat kita. pertama ia merupakan figur publik. dan kedua
karena tarif yang dipatok untuk melangsungkan hubungan prostitusi bukan
jumlah yang kecil. seharga 80 juta. Harga ini tentu hanya golongan kelas
atas yang mampu membayarnya. Tapi sayang, yang diombar oleh elemen termasuk
masyarakat kita di hadapan publik hanya si VA. Semenara mucikari, dan
cukongnya dianggap tidak ada. Diskrimintaif bukan ? Karena Latar VA inilah
yang membuat kehebohan publik akhir – akhir ini mencuat.
Dalam banyak kasus seputar seksualitas, seperti kasus aksi pornografi,
pelecehan seksual, dan prostitusi online seringkali pihak yang menjadi
bahan cibiran adalah perempuanya. ia dipojokkan, diumbar, dan dijadikan
bahan lelucon dengan segala macam bentuk penghujatan dan sikap yang mencoba
memalukan pihak di hadapan banyak orang. Apalagi di era digital seperti
sekarang ini, mencitrai keburukan orang mudah dilakukan. tinggal dibuat
status di media, kawan kita yang tidak mengenalnya pun bertanya mencari
tahu, dan kita menjelaskan. Maka disitulah tindakan berjemaah mengolok
kelejekan orang lain dimulai.
Manusia kita memang sering kerasukan. Sehingga mudah baginya
mempertontonkan kejelakan oran lain. manusia kita memang mudah emosi, dan
terprovokasi sehingga ketika ada yang satu mengomporkan dan menyuluti, yang
lain mengikor melakukan tindakan demikian. Fikiran kita terlalu dangkal,
hati kita terlalu gersang, dan jiwa kita terlalu lusuh. Sehingga orang
terlibat dalam kasus tersebut yang sudah barang tentu jelek masih saja
dijelakkan. Di ombar ambir, di obral, dan diselayangkan kemana – mana.
Naif..
Sungguh betapa malu apa yang dirasa si VA. Ia jatuh masih ketiban tangga.
Kita tidak pernah membayangkan bagaimana semitsal itu dalam posisi dan
terjadi pada orang terdekat kita. kita memang tidak menginginkan demikian
itu terjadi. tapi hal ini jarang kita fikirkan dalam kacamata kita.
Seandainya itu difikir mungkin saja kita menahan tidak mepertontonkan
keburukan orang lain, baik secara terang – terangan atau pun dengan bahan
lelucon dan sanda gurauan yang pada intinya tetap saja mengumbar aib orang
lain. 7 Januari 2019
Komentar
Posting Komentar