setelah semester terlewati kita harus merenung dan berfikir mengenai
aktivitas keseharian kita. Menjadi mahasiswa yang diberi kesempatan
mengenyam pendidikan di perguruan tinggi sungguh sangat membanggakan
sekaligus menjadi beban moral yang harus kita pikul di pundak kita.
Mengenyam di bangku perkuliahan tentu merupakan sebuah kesempatan yang luar
biasa diberikan oleh Tuhan kepada kita hingga bisa belajar di jenjang yang
lebih tinggi.
Meskipun dalam belajar tidak dibatasi ruang dan waktunya. Alias sampai usia kita tiada.
Meskipun dalam belajar tidak dibatasi ruang dan waktunya. Alias sampai usia kita tiada.
Terkadang
mereka terhalang karena kondisi ekonomi tidak mendukung, ada pula yang
beranggapan bahwa perguruan tinggi tidak berdampak apa-apa dan tidak
memberi dampak signifikan.
Sehingga mereka memilih beraktivitas lain di luar bangku perkuliahan. Kerja
misalnya. Dan banyak lagi alasan yang membuatnya enggan atau tidak
kesampaian belajar di bangku perkuliahan. Sungguh kita beruntung dan harus
kita syukuri.
Apapun kondisi yang kita alami, tetapi mereka, orang yang memperjuangkan
kita, mereka tidak pernah mengeluh justru mendukung, memberi semangat dan
mendorong kita agar melanjutkan ke pendidikan tinggi. Dan kesempatan itulah
yang patut kita sadari bersama. Sekali lagi ini adalah kesempatan emas yang
diberikan kepada kita agar digunakan sebaik mungkin dengan kerja keras yang
harus selalu dipupuk.
Sebab menjadi orang berhasil kata pepatah dan sabda orang tidaklah
dihasilkan dari proses yang instan, abracadabra langsung jadi. Kita butuh
yang namanya kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas supaya apa yang
menjadi keinginan kita tergapai, apa yang menjadi target kita dapat kita
raih. Dan apa yang menjadi cita – cita dapat kita wujudkan. Semoga Tuhan
memberi kemudahan pada kita semua sebagai pelajar untuk terus mengasah diri
dalam menjelajahi pengetahuan. Dan mewujudkan apa yang menjadi impian kita.
semoga
di Justisia kita mungkin masih ingat ketika kita mendaftar di Justisia,
adik-adikku 2018. Saat proses wawancara kita dilontari beberapa pertanyaan
oleh penguji. Salah satu pertanyaanya yaitu; apakah teman – teman siap
bekerja di bawah tekanan ? apakah teman – teman siap kehilangan waktu luang
untuk dikorbankan demi organisasi Justisia ? saat pertanyaan itu diajukan,
dan kalian menjawabnya kemudian mengatakan siap bersedia.
Pertanyaan itu memberi makna yang berindikasi mengajak teman – teman untuk
berlatih bekerja keras dan mencoba bekerja secara professional dan tanggung
jawab secara individu maupun kelompok. kita dihadapi banyak deadline. Deadline selalu menunggu kita. dan kita harus
mengejar finish itu agar apa yang menjadi tanggung jawab kita
terselesaikan. Belajar bertanggung harus kita mulai dari sekarang. Semua
tidak akan yang tidak bisa. Tidak ada yang tidak mungkin asal kita berusaha
mengejarnya.
Apalagi kerja organisasi, butuh gerak kolektif atau gotong royong. Dengan
Kerja gotong royong atau bersama tugas terasa lebih mudah dan ringan.
Ibarat pembuatan majalah bayangan pada saat workshop lapangan beberapa
bulan lalu yang teman-teman kerjakan, dan pembuatan buletin yang saat ini
lagi proses penyelesaian, tugas itu terasa lebih mudah dibanding harus
dikerjakan sendiri meskipun harus melawan rasa ngantuk, menghilangkan rasa
bosan, melawan rasa malas, dan sulitnya menemui narasumber dengan segala
kesibukanya.
Teman – teman semua telah mencoba berusaha untuk melawan itu semua. semoga
tidak bosan dan terus mau belajar. Sebagian mahasiswa lain sudah lebih dulu
menikmati liburan, tapi teman – teman masih stay di kampus untuk
menuntaskan garapan buletin yang saat ini sedang dalam proses penyempurnaan
dan terakhir mengikuti acara sekolah Islamic Studies. Semoga
bermanfaat. ya dibilang lelah pasti, tapi kapan lagi kalau bukan sekarang
kita harus lelah. “berakit dahulu” kata pepatah.
Begitupun dalam kerja organisasi. Organisasi dimana pun itu, bentuk apapun
organisasi tersebut, bergerak dalam bidang apa organisasi itu, bisa
berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan dan ditargetkan apabila
dikerjakan secara bersama-sama saling bersinergi umumnya. Begitupun dalam
organisasi Justisia yang kita geluti sekarang ini adalah tugas semua orang
yang bernaung di dalamnya meskipun tetap berada di bawah komando Pimpinan
umum.
Tapi yang jelas keberlangsungan organisasi berada di tangan kita semua pada umumnya.
oleh sebab itu, ketika kita rapat, berkumpul, bertanya untuk meminta
masukan dan solusi kepada teman – teman buat di Justisia atas apa yang
diinginkan untuk di Justisia tidak lain ingin saling mengingatkan bahwa
ketika kita masuk dalam sebuah organisasi adalah tanggung jawab kita semua
sebagai subjek yang berada di naunganya.
Salah satu tugas dan tanggung jawab kita yaitu belajar untuk mewujudkan apa
yang menjadi mimpi kita pribadi atau mimpi Organisasi. Dan saya yakin teman
– teman semua punya mimpi. Semoga tergapai. Mari kita saling mengingatkan,
menasehati, dan saling belajar satu sama lain.
Setelah semester kita lewati, sungguh tidak terasa waktu itu begitu cepat
berlalu. Tenggang waktu kurang lebih 5 bulan itu begitu cepat pergeseranya
mengelilingi rotasi dalam hidup ini. sampai kapanpun saya harap diantara
kita semua jangan sampai ada rasa kepuasan dalam menjejaki ilmu
pengetahuan, kita harus haus pada ilmu. Caranya yaitu terus belajar,
mencari, menjelajahi. Ayo kita belajar dimanapun, kapanpun, dan kepada
siapapun. Selama itu baik maka ambilah.
Sore di Rabu dan Kamis besok selama beberapa minggu ke depan kita sudah
tidak lagi melakukan rutinitas diskusi di halaman PKM yang tempatnya begitu
rindang dan menarik untuk bertukar fikiran. jajaran montor yang diparkir
rapi menyaksikan kita berdialektika selama itu juga perlahan-lahan pulang
meninggalkan halaman bersamaan dengan empunya.
Jumat sore pun begitu, yang biasanya kita mengaji cerpen “Mata Yang Enak
Dipandang” karya Ahmad Tohari di samping danau BSB dengan pemandangan danau
yang cukup memikau, dan dedaunan rumput yang mencerahkan pandangan,
sementara waktu aktivitas tersebut berhenti sejenak karena harus
meninggalkan rumah dan berpisah di tenggang waktu cukup lama.
Tempat itu yang kita gunakan untuk diskusi entah di halaman PKM, di BSB dan
di tempat lain yang teman – teman ikuti akan menjadi saksi bisu ketika kita
sudah tidak lagi mendiaminya. Mengapa kita harus diskusi ? karena di ruang
diskusi selain menyuplai pengetahuan juga ada pesan yang sangat bernilai.
Dengan diskusi kita bisa menghargai orang lain bicara, kita bisa menerima
orang lain berpendapat, dan kita bisa mempersilahkan orang lain bertanya.
Ini semua menghindari sikap semaunya dan benarnya sendiri. Jika kalian
mendapati seseorang yang mengaku benar sendiri dan menganggap orang lain
salah, itu salah satu contoh serentetan orang atau kelompok yang kurang
diskusi dan tidak mau berkumpul dalam bentuk dialogis plus kurang ngopi.
Karena itu filusuf bernama Socrates dalam diskusi di sore hari yang
disampaikan teman – teman kalian, ia berpendapat, menemukan kebenaran yaitu
dengan cara dialektika. Berarti kalau orang tidak mau berdialektika itu
tandanya eksklusif yang tidak mau menerima pendapat orang lain di luar
dirinya atau golonganya. Mungkin begitu
Saya dan teman – teman sebagian adalah orang jauh, orang jauh pasti jauh
dari keluarga terdekatnya. Pulangnya pun harus menunggu liburan tiba.
Itupun belakangan seperti yang baru kita rasakan kali ini. sebagian
mahasiswa lain pada bertemu orang kampung, berjumpa dengan kawan lalu yang
lama tak jumpa, kita masih menunda waktu pulang agar bisa berbancang ria.
Untuk menuntaskan garapan yang namanya buletin.
Lagian hidup kita di tanah rantau ini belum tentu selamanya. Barangkali
besok entah kapan kita sudah hijrah ke tempat lain dan berjumpa dengan
orang- orang baru pula. karena bersifat “belum tentu” itulah mari kita
pijak tempat ini dengan cukup puas, sebelum berhijrah ke tempat lain, entah
dimana, biar waktu yang akan menjawabnya nanti.
Di liburan sekarang ini. ayo kita bersama – sama tidak meninggalkan
aktivitas yang seperti biasanya kita lakukan sebelum liburan. Seperti
Membaca, baca buku atau literatur lain yang menjadi keinginan kita, dan
kebutuhan kita. dengan membaca kita bisa mengelilingi dunia luar.
Selanjutnya menulis, menulis jangan bingung ide apa yang mau ditulis.
Kalau Pramoedya pernah berpesan, “ tulislah apa yang ada di depan mata
kita” atau saat kita membaca, kita akan menemukan ide. Begitupun membaca
lingkungan sekitar. Tentu selain itu refresing untuk memvulgarkan dan
menyenangkan fikiran. Jangan lupa bahagia teman – teman
Oleh sebab itulah pesan Mas Fadli Rais ayahanda kita semua di Justisia.
pernah mengingatkan, saat pulang nanti orang Justisia harus menjadi
mahasiswa yang bebeda dengan mahasiswa lain yang tidak tinggal di dunia
tulis menulis.
Sebab itulah kita memberi tugas kepada kalian untuk liputan seputar tempat
yang berada di daerah kalian dimana teman-teman dilahirkan, lalu ditulis
dan dikirim pada mas Mas Afif sosok yang merelakan waktunya menunggu
tulisan teman – teman datang, mengiditnya, hingga menguploadnya.
Teruntuk kalian teman-temanku (Kaum Mafia Aksara) yang
menjadi salah satu bagian keluarga di tanah rantau ini : Afan sang kepala suku, Ahsan,
Aisy, Andre, Arifan, Asrul sang pimred, Ayu, Faiz Gus kita semua, Fida,
Haidar, Sidik sang penggawa PKM, Yusuf, Lina, Hikmah, Qodriyah, Riska,
Riski, Rofik, Rusda, Sadad, Sasa, Sayyida, Sonia, Umi, Winda, Anisa,
Zakaria yang masyhur dengan sebutan Jejek. Dan Nosi dan Hisby yang sekarang
OTW penyembuhan. Izinkan aku mengadikan nama kalian dalam lembaran
catatanku.
Yang hendak pulang ke rumah masing-masing, hati – hati di jalan. Semoga
lain waktu kita diberi kesempatan berjumpa kembali di semester selanjutnya.
Tentu dengan semangat baru. Salam dari kami pada keluarga di rumah.
*Catatan ini ditulis ketika bayanganku berada tempat lain di suatu saat
alias tidak lagi di tanah rantau ini, sementara di sana saya tidak berjumpa
lagi dengan kalian Mafia Aksara untuk sekedar ngobrol, bertukar pengalaman,
cerita tentang budaya rumah masing-masing ataupun diskusi seperti sedia
kala. Maka melalui untaian kata ini semoga menjadi indra pengingat yang
tajam hingga dapat diabadikan dalam sebuah kisah perjalan hidup seorang
perantau.
di Tanah Rantau 10 Januari 2019
Komentar
Posting Komentar