Langsung ke konten utama

Selamat Berlibur Mafia Aksara, Semoga Semester Depan Berjumpa Lagi

setelah semester terlewati kita harus merenung dan berfikir mengenai aktivitas keseharian kita. Menjadi mahasiswa yang diberi kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi sungguh sangat membanggakan sekaligus menjadi beban moral yang harus kita pikul di pundak kita. Mengenyam di bangku perkuliahan tentu merupakan sebuah kesempatan yang luar biasa diberikan oleh Tuhan kepada kita hingga bisa belajar di jenjang yang lebih tinggi.
Meskipun dalam belajar tidak dibatasi ruang dan waktunya. Alias sampai usia kita tiada.

Kesempatan belajar ini harus kita fikir dan renungi bersama. Karena tidak semua orang merasakan nasib sama seperti yang kita rasakan yang dapat mengarungi pengetahuan di bangku akademik. Masih banyak Saudara kita yang belum bisa merasakan seperti kita belajar di bangku kuliah. 

Terkadang mereka terhalang karena kondisi ekonomi tidak mendukung, ada pula yang beranggapan bahwa perguruan tinggi tidak berdampak apa-apa dan tidak memberi dampak signifikan.
Sehingga mereka memilih beraktivitas lain di luar bangku perkuliahan. Kerja misalnya. Dan banyak lagi alasan yang membuatnya enggan atau tidak kesampaian belajar di bangku perkuliahan. Sungguh kita beruntung dan harus kita syukuri.

Apapun kondisi yang kita alami, tetapi mereka, orang yang memperjuangkan kita, mereka tidak pernah mengeluh justru mendukung, memberi semangat dan mendorong kita agar melanjutkan ke pendidikan tinggi. Dan kesempatan itulah yang patut kita sadari bersama. Sekali lagi ini adalah kesempatan emas yang diberikan kepada kita agar digunakan sebaik mungkin dengan kerja keras yang harus selalu dipupuk.

Sebab menjadi orang berhasil kata pepatah dan sabda orang tidaklah dihasilkan dari proses yang instan, abracadabra langsung jadi. Kita butuh yang namanya kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas supaya apa yang menjadi keinginan kita tergapai, apa yang menjadi target kita dapat kita raih. Dan apa yang menjadi cita – cita dapat kita wujudkan. Semoga Tuhan memberi kemudahan pada kita semua sebagai pelajar untuk terus mengasah diri dalam menjelajahi pengetahuan. Dan mewujudkan apa yang menjadi impian kita. semoga
di Justisia kita mungkin masih ingat ketika kita mendaftar di Justisia, adik-adikku 2018. Saat proses wawancara kita dilontari beberapa pertanyaan oleh penguji. Salah satu pertanyaanya yaitu; apakah teman – teman siap bekerja di bawah tekanan ? apakah teman – teman siap kehilangan waktu luang untuk dikorbankan demi organisasi Justisia ? saat pertanyaan itu diajukan, dan kalian menjawabnya kemudian mengatakan siap bersedia.

Pertanyaan itu memberi makna yang berindikasi mengajak teman – teman untuk berlatih bekerja keras dan mencoba bekerja secara professional dan tanggung jawab secara individu maupun kelompok. kita dihadapi banyak deadline. Deadline selalu menunggu kita. dan kita harus mengejar finish itu agar apa yang menjadi tanggung jawab kita terselesaikan. Belajar bertanggung harus kita mulai dari sekarang. Semua tidak akan yang tidak bisa. Tidak ada yang tidak mungkin asal kita berusaha mengejarnya.

Apalagi kerja organisasi, butuh gerak kolektif atau gotong royong. Dengan Kerja gotong royong atau bersama tugas terasa lebih mudah dan ringan. Ibarat pembuatan majalah bayangan pada saat workshop lapangan beberapa bulan lalu yang teman-teman kerjakan, dan pembuatan buletin yang saat ini lagi proses penyelesaian, tugas itu terasa lebih mudah dibanding harus dikerjakan sendiri meskipun harus melawan rasa ngantuk, menghilangkan rasa bosan, melawan rasa malas, dan sulitnya menemui narasumber dengan segala kesibukanya.

Teman – teman semua telah mencoba berusaha untuk melawan itu semua. semoga tidak bosan dan terus mau belajar. Sebagian mahasiswa lain sudah lebih dulu menikmati liburan, tapi teman – teman masih stay di kampus untuk menuntaskan garapan buletin yang saat ini sedang dalam proses penyempurnaan dan terakhir mengikuti acara sekolah Islamic Studies. Semoga bermanfaat. ya dibilang lelah pasti, tapi kapan lagi kalau bukan sekarang kita harus lelah. “berakit dahulu” kata pepatah.

Begitupun dalam kerja organisasi. Organisasi dimana pun itu, bentuk apapun organisasi tersebut, bergerak dalam bidang apa organisasi itu, bisa berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan dan ditargetkan apabila dikerjakan secara bersama-sama saling bersinergi umumnya. Begitupun dalam organisasi Justisia yang kita geluti sekarang ini adalah tugas semua orang yang bernaung di dalamnya meskipun tetap berada di bawah komando Pimpinan umum.

Tapi yang jelas keberlangsungan organisasi berada di tangan kita semua pada umumnya. oleh sebab itu, ketika kita rapat, berkumpul, bertanya untuk meminta masukan dan solusi kepada teman – teman buat di Justisia atas apa yang diinginkan untuk di Justisia tidak lain ingin saling mengingatkan bahwa ketika kita masuk dalam sebuah organisasi adalah tanggung jawab kita semua sebagai subjek yang berada di naunganya.

Salah satu tugas dan tanggung jawab kita yaitu belajar untuk mewujudkan apa yang menjadi mimpi kita pribadi atau mimpi Organisasi. Dan saya yakin teman – teman semua punya mimpi. Semoga tergapai. Mari kita saling mengingatkan, menasehati, dan saling belajar satu sama lain.

Setelah semester kita lewati, sungguh tidak terasa waktu itu begitu cepat berlalu. Tenggang waktu kurang lebih 5 bulan itu begitu cepat pergeseranya mengelilingi rotasi dalam hidup ini. sampai kapanpun saya harap diantara kita semua jangan sampai ada rasa kepuasan dalam menjejaki ilmu pengetahuan, kita harus haus pada ilmu. Caranya yaitu terus belajar, mencari, menjelajahi. Ayo kita belajar dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun. Selama itu baik maka ambilah.

Sore di Rabu dan Kamis besok selama beberapa minggu ke depan kita sudah tidak lagi melakukan rutinitas diskusi di halaman PKM yang tempatnya begitu rindang dan menarik untuk bertukar fikiran. jajaran montor yang diparkir rapi menyaksikan kita berdialektika selama itu juga perlahan-lahan pulang meninggalkan halaman bersamaan dengan empunya.

Jumat sore pun begitu, yang biasanya kita mengaji cerpen “Mata Yang Enak Dipandang” karya Ahmad Tohari di samping danau BSB dengan pemandangan danau yang cukup memikau, dan dedaunan rumput yang mencerahkan pandangan, sementara waktu aktivitas tersebut berhenti sejenak karena harus meninggalkan rumah dan berpisah di tenggang waktu cukup lama.

Tempat itu yang kita gunakan untuk diskusi entah di halaman PKM, di BSB dan di tempat lain yang teman – teman ikuti akan menjadi saksi bisu ketika kita sudah tidak lagi mendiaminya. Mengapa kita harus diskusi ? karena di ruang diskusi selain menyuplai pengetahuan juga ada pesan yang sangat bernilai.

Dengan diskusi kita bisa menghargai orang lain bicara, kita bisa menerima orang lain berpendapat, dan kita bisa mempersilahkan orang lain bertanya. Ini semua menghindari sikap semaunya dan benarnya sendiri. Jika kalian mendapati seseorang yang mengaku benar sendiri dan menganggap orang lain salah, itu salah satu contoh serentetan orang atau kelompok yang kurang diskusi dan tidak mau berkumpul dalam bentuk dialogis plus kurang ngopi.

Karena itu filusuf bernama Socrates dalam diskusi di sore hari yang disampaikan teman – teman kalian, ia berpendapat, menemukan kebenaran yaitu dengan cara dialektika. Berarti kalau orang tidak mau berdialektika itu tandanya eksklusif yang tidak mau menerima pendapat orang lain di luar dirinya atau golonganya. Mungkin begitu

Saya dan teman – teman sebagian adalah orang jauh, orang jauh pasti jauh dari keluarga terdekatnya. Pulangnya pun harus menunggu liburan tiba. Itupun belakangan seperti yang baru kita rasakan kali ini. sebagian mahasiswa lain pada bertemu orang kampung, berjumpa dengan kawan lalu yang lama tak jumpa, kita masih menunda waktu pulang agar bisa berbancang ria. Untuk menuntaskan garapan yang namanya buletin.

Lagian hidup kita di tanah rantau ini belum tentu selamanya. Barangkali besok entah kapan kita sudah hijrah ke tempat lain dan berjumpa dengan orang- orang baru pula. karena bersifat “belum tentu” itulah mari kita pijak tempat ini dengan cukup puas, sebelum berhijrah ke tempat lain, entah dimana, biar waktu yang akan menjawabnya nanti.

Di liburan sekarang ini. ayo kita bersama – sama tidak meninggalkan aktivitas yang seperti biasanya kita lakukan sebelum liburan. Seperti Membaca, baca buku atau literatur lain yang menjadi keinginan kita, dan kebutuhan kita. dengan membaca kita bisa mengelilingi dunia luar. Selanjutnya menulis, menulis jangan bingung ide apa yang mau ditulis.

Kalau Pramoedya pernah berpesan, “ tulislah apa yang ada di depan mata kita” atau saat kita membaca, kita akan menemukan ide. Begitupun membaca lingkungan sekitar. Tentu selain itu refresing untuk memvulgarkan dan menyenangkan fikiran. Jangan lupa bahagia teman – teman
Oleh sebab itulah pesan Mas Fadli Rais ayahanda kita semua di Justisia. pernah mengingatkan, saat pulang nanti orang Justisia harus menjadi mahasiswa yang bebeda dengan mahasiswa lain yang tidak tinggal di dunia tulis menulis.

Sebab itulah kita memberi tugas kepada kalian untuk liputan seputar tempat yang berada di daerah kalian dimana teman-teman dilahirkan, lalu ditulis dan dikirim pada mas Mas Afif sosok yang merelakan waktunya menunggu tulisan teman – teman datang, mengiditnya, hingga menguploadnya.

Teruntuk kalian teman-temanku (Kaum Mafia Aksara) yang menjadi salah satu bagian keluarga di tanah rantau ini : Afan sang kepala suku, Ahsan, Aisy, Andre, Arifan, Asrul sang pimred, Ayu, Faiz Gus kita semua, Fida, Haidar, Sidik sang penggawa PKM, Yusuf, Lina, Hikmah, Qodriyah, Riska, Riski, Rofik, Rusda, Sadad, Sasa, Sayyida, Sonia, Umi, Winda, Anisa, Zakaria yang masyhur dengan sebutan Jejek. Dan Nosi dan Hisby yang sekarang OTW penyembuhan. Izinkan aku mengadikan nama kalian dalam lembaran catatanku.

Yang hendak pulang ke rumah masing-masing, hati – hati di jalan. Semoga lain waktu kita diberi kesempatan berjumpa kembali di semester selanjutnya. Tentu dengan semangat baru. Salam dari kami pada keluarga di rumah.

*Catatan ini ditulis ketika bayanganku berada tempat lain di suatu saat alias tidak lagi di tanah rantau ini, sementara di sana saya tidak berjumpa lagi dengan kalian Mafia Aksara untuk sekedar ngobrol, bertukar pengalaman, cerita tentang budaya rumah masing-masing ataupun diskusi seperti sedia kala. Maka melalui untaian kata ini semoga menjadi indra pengingat yang tajam hingga dapat diabadikan dalam sebuah kisah perjalan hidup seorang perantau.

di Tanah Rantau 10 Januari 2019
  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genap Setahun Pengabdian

  Tepat 1 Februari 2022 lalu, saya memulai pengabdian di YIMA Islamic School setelah melewati rangkaian test dan prosedural sesuai ketetapan lembaga sebagaimana yang juga diberlakukan terhadap calon pegawai yang lain.   Bergabungnya saya di YIMA diperkarsai perintah salah satu orang yang perintah dan larangannya harus saya patuhi sehingga saya tidak berbuat banyak menanggapi hal tersebut. Padahal di waktu bersamaan saya menerima pemprosesan di salah satu tempat di Surabaya dan proses penerimaan di salah satu lembaga di Sidoarjo. Saya pun melewati rangkaian tahap demi tahap hingga sampai pada proses yang hampir mendekati final. Saya hanya berkesimpulan, di manapun insyallah jalan terbaik. Namun orang yang memerintah saya itu bersikukuh meminta saya untuk tinggal di Bondowoso setelah merantau selama hampir 12 tahun lamanya di kota orang, akhirnya YIMA yang saat ini saya berada di dalamnya menjadi pilihan. Dengan ridho seorang itu, akhirnya saya meyakinkan hati untuk memulai penge

Bagaimana Berkomunikasi ?

  Saya menganalisis dan mengutip beberapa bagian hasil pelatihan skill komunikasi tempo lalu yang saya coba kerucutkan menurut analisis saya sendiri, paling tidak dalam konteks yang secara pribadi saya alami sebagai makhluk sosial.   Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan “Bagaimana Berkomunikasi?” Sebab dalam berkomunikasi dengan siapapun, kita akan berhadapan beragam hal, situasi, kondisi, lawan bicara yang beragam karakter, mood komunikan, bahasa, kultur, waktu, tempat atau hal kompleks yang lain, sehingga yang kita butuhkan adalah mode dan cara komunikasi apa yang sebaiknya diaplikasikan menghadapi kejadian apapun dengan siapapun.   Maka tidak ada yang baku dan permanen suatu mode komunikasi diterapkan pada kasus tertentu. Sehingga menurut saya, mode dan cara berkomunikasi belum tentu bisa diterapkan secara sama pada kejadian maupun kasus yang serupa, apalagi berbeda terhadap orang yang berbeda pula. Seperti halnya pancingan respond saya terhadap kelompok

MENJADI GURU

Sehari sebelum tanggal peringatan hari guru nasional 2023, beberapa siswa datang ke saya mengutarakan permohonannya untuk merayakan hari guru bersama guru di kelasnya masing-masing. Saya tidak bertanya banyak perayaan seperti apa yang direncakan anak berusia kelas SD tersebut untuk mengenang moment hari guru itu. Saya hanya menimpali pertanyaan kepada mereka. Kapan pelaksanaan hari guru itu? Spontanitas mereka menjawab, “25 November”. Jawabnya penuh semangat. Pertanyaan berikutnya kenapa ada perayaan hari guru? Jawaban mereka beragam, namun keberagaman itu masih satu keutuhan yang menggambarkan peran guru, paling tidak sesuai pengalaman siswa SD tersebut bersama gurunya . “Karena guru adalah yang mengajarkan ilmu” , "Karena guru yang mengajarkan al qur'an",   “Karena guru yang mendidik soal budi pekerti yang baik”, “ Karena guru mengajarkan untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya”. Kurang lebih begitu jawaban sederhana mereka secara beragam. Pertanyaan se