“Ada acara kemana hari ini Nung,”? tanya mas Fadli bulan lalu lewat WA.
"Gag ada sih, cuman mau ke kampus aja bentar, mau mengembalikan buku di perpustakaan, gimana mas,?" balasku. Dalam hati heran, "Ini tumben orang, jam 6 sudah buka hp"
“Barangkali pengen ikut acara diskusi wisata dan HAM di Hotel Santika,”
kata ia menawarkan. Mendapati tawaran diskusi tema itu seketika semangat
membara orang rebahan seperti saya menyala.
“Mangkat,” jawabku semangat.
Tak lama, langsung ia mengirim tor undangannya via pdf pada saya.
“Bilang aja perwakilan dari Elsa gitu,” perintahnya. “Asiap,,,ini saya
sendiri atau perlu bawa ummat,”tanyaku, biasanya kalau menghadiri diskusi
umat lain diajak tentu bagi yang berkenan.
“Ngajak dua atau tiga orang lah,” sarannya. Ya sudah saya ajak teman-teman
di group kru magang. Kebetulan acara diskusi yang diselenggarakan ELSAM
(Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) dimulai dari pagi hingga sore
sekitar pukul 17.00.
Bersamaan dengan itu perkuliahan juga berjalan aktif. Jadi maklum bila di
group belum ada respond menyatakan siap. Sembari menunggu info di
group, saya komentar status 2 orang teman Justisia yang muncul teratas di
laman status WA ku, Sidik dan Fia. Berhubung mereka free setelah saya
komunikasi, bertigalah kita menuju ke acara FGD di Santika Semarang.
Untuk melengkapi administratisi, satu persatu absen dan tanda tangan di
lembar yang telah disediakan penyelenggara acara. Sesampai giliran undangan
Elsa, mbaknya selaku petugas administrasi mempersilahkan. “Satu-satu ya,
gantian masuknya,” kata mbaknya sambil tersenyum.
Saya pun mengawali. Perasaan saya menuai tanda tanya besar “Kenapa mesti
bergantian masuknya wong yang ngantri cuman kita bertiga, sedangkan peserta
lain, beberapa orang sudah terlebih dahulu datang dan masuk ruangan”.
Berhubung yang mengawali tanda tangan adalah saya, mbaknya mempersilahkan
saya masuk terlebih dahulu ke ruangan yang sudah tertata rapi. Ya sudah
saya meninggalkan mereka berdua di balik pintu.
Selang beberapa menit Fia dan Sidik/Pram sapaan gaulnya menyusul, duduk di
sebelah kanan dan kiri saya. Tidak lama kemudian teman sekaligus perempuan
yang pernah jadi fasilitator pada acara yang pernah kuikuti, Mbak Hanik
juga hadir. Ia perkawilan dari LRC KJHAM, lembaga yang bergerak dalam
bidang gender dan kekerasan pada perempuan.
Belum saja duduk di kursinya, saya sapa dia sambil melambaikan tangan dan
merekahkan pandangan “Hey Mbak Hanik…sama siapa,?” merasa ada yang manggil
ia noleh padaku “Hey Inunk, sendiri, khan undangannya satu orang,” balasnya
sambil tersenyum.
“Di sinilah saya baru sadar kenapa Sidik dan Fia harus dicegah dulu
sementara, ternyata undangan dari Elsa pun satu orang sebenarnya,” Gumamku
dalam hati, kegumaman itu langsung menyembul di fikiran dan tertuju pada
orang pertama yang memberi intruksi mengajak ummat: mas Fadli Rais.
Bu Nyai Ma'had, Fia yang duduk di sebelah kananku mendadak malu, sementara
Sidik, pria berkumis tipis ini cuman geleng-geleng kepala saja. Untungnya
ELSAM tidak berani mengusir meski kuota yang datang lebih dari apa yang
dimohonkan, yakni 1 orang. Ada 8 organisasi masyarakat yang diundang, salah
satunya LBH Semarang, Persatuan Waria Semarang, LRC KJHAM, Elsa dan
organisasi lain belum bisa hadir. Berhubung pengurus/orang Elsa berhalangan
hadir, kita hanya patuh saja pada pemberi intruksi/tawaran berangkat.
Sementara peserta lain hampir didominasi dari sektor pemerintahan, Kanwil
Kementrian Hukum dan Ham, Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Jateng,
Bidang Penataan Ruang Dinas Pekerja Umum Sumber Daya Air Jateng, BPN
Jateng, Ombudsman RI perwakilan Jateng, Tim Penanggulangan Kemiskinan
Jateng, Dinas Lingkungan Hidup Jateng dan lain sebagainya.
Komentar
Posting Komentar