Langsung ke konten utama

Undangan 1 Orang Yang Datang 3


“Ada acara kemana hari ini Nung,”? tanya mas Fadli bulan lalu lewat WA.

"Gag ada sih, cuman mau ke kampus aja bentar, mau mengembalikan buku di perpustakaan, gimana mas,?" balasku. Dalam hati heran, "Ini tumben orang, jam 6 sudah buka hp"

“Barangkali pengen ikut acara diskusi wisata dan HAM di Hotel Santika,” kata ia menawarkan. Mendapati tawaran diskusi tema itu seketika semangat membara orang rebahan seperti saya menyala.

“Mangkat,” jawabku semangat. Tak lama, langsung ia mengirim tor undangannya via pdf pada saya.

“Bilang aja perwakilan dari Elsa gitu,” perintahnya. “Asiap,,,ini saya sendiri atau perlu bawa ummat,”tanyaku, biasanya kalau menghadiri diskusi umat lain diajak tentu bagi yang berkenan.

“Ngajak dua atau tiga orang lah,” sarannya. Ya sudah saya ajak teman-teman di group kru magang. Kebetulan acara diskusi yang diselenggarakan ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) dimulai dari pagi hingga sore sekitar pukul 17.00.

Bersamaan dengan itu perkuliahan juga berjalan aktif. Jadi maklum bila di group belum ada respond menyatakan siap. Sembari menunggu info di group, saya komentar status 2 orang teman Justisia yang muncul teratas di laman status WA ku, Sidik dan Fia. Berhubung mereka free setelah saya komunikasi, bertigalah kita menuju ke acara FGD di Santika Semarang.

Untuk melengkapi administratisi, satu persatu absen dan tanda tangan di lembar yang telah disediakan penyelenggara acara. Sesampai giliran undangan Elsa, mbaknya selaku petugas administrasi mempersilahkan. “Satu-satu ya, gantian masuknya,” kata mbaknya sambil tersenyum.

Saya pun mengawali. Perasaan saya menuai tanda tanya besar “Kenapa mesti bergantian masuknya wong yang ngantri cuman kita bertiga, sedangkan peserta lain, beberapa orang sudah terlebih dahulu datang dan masuk ruangan”. Berhubung yang mengawali tanda tangan adalah saya, mbaknya mempersilahkan saya masuk terlebih dahulu ke ruangan yang sudah tertata rapi. Ya sudah saya meninggalkan mereka berdua di balik pintu.

Selang beberapa menit Fia dan Sidik/Pram sapaan gaulnya menyusul, duduk di sebelah kanan dan kiri saya. Tidak lama kemudian teman sekaligus perempuan yang pernah jadi fasilitator pada acara yang pernah kuikuti, Mbak Hanik juga hadir. Ia perkawilan dari LRC KJHAM, lembaga yang bergerak dalam bidang gender dan kekerasan pada perempuan.

Belum saja duduk di kursinya, saya sapa dia sambil melambaikan tangan dan merekahkan pandangan “Hey Mbak Hanik…sama siapa,?” merasa ada yang manggil ia noleh padaku “Hey Inunk, sendiri, khan undangannya satu orang,” balasnya sambil tersenyum.

“Di sinilah saya baru sadar kenapa Sidik dan Fia harus dicegah dulu sementara, ternyata undangan dari Elsa pun satu orang sebenarnya,” Gumamku dalam hati, kegumaman itu langsung menyembul di fikiran dan tertuju pada orang pertama yang memberi intruksi mengajak ummat: mas Fadli Rais.

Bu Nyai Ma'had, Fia yang duduk di sebelah kananku mendadak malu, sementara Sidik, pria berkumis tipis ini cuman geleng-geleng kepala saja. Untungnya ELSAM tidak berani mengusir meski kuota yang datang lebih dari apa yang dimohonkan, yakni 1 orang. Ada 8 organisasi masyarakat yang diundang, salah satunya LBH Semarang, Persatuan Waria Semarang, LRC KJHAM, Elsa dan organisasi lain belum bisa hadir. Berhubung pengurus/orang Elsa berhalangan hadir, kita hanya patuh saja pada pemberi intruksi/tawaran berangkat.

Sementara peserta lain hampir didominasi dari sektor pemerintahan, Kanwil Kementrian Hukum dan Ham, Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Jateng, Bidang Penataan Ruang Dinas Pekerja Umum Sumber Daya Air Jateng, BPN Jateng, Ombudsman RI perwakilan Jateng, Tim Penanggulangan Kemiskinan Jateng, Dinas Lingkungan Hidup Jateng dan lain sebagainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genap Setahun Pengabdian

  Tepat 1 Februari 2022 lalu, saya memulai pengabdian di YIMA Islamic School setelah melewati rangkaian test dan prosedural sesuai ketetapan lembaga sebagaimana yang juga diberlakukan terhadap calon pegawai yang lain.   Bergabungnya saya di YIMA diperkarsai perintah salah satu orang yang perintah dan larangannya harus saya patuhi sehingga saya tidak berbuat banyak menanggapi hal tersebut. Padahal di waktu bersamaan saya menerima pemprosesan di salah satu tempat di Surabaya dan proses penerimaan di salah satu lembaga di Sidoarjo. Saya pun melewati rangkaian tahap demi tahap hingga sampai pada proses yang hampir mendekati final. Saya hanya berkesimpulan, di manapun insyallah jalan terbaik. Namun orang yang memerintah saya itu bersikukuh meminta saya untuk tinggal di Bondowoso setelah merantau selama hampir 12 tahun lamanya di kota orang, akhirnya YIMA yang saat ini saya berada di dalamnya menjadi pilihan. Dengan ridho seorang itu, akhirnya saya meyakinkan hati untuk memulai penge

Bagaimana Berkomunikasi ?

  Saya menganalisis dan mengutip beberapa bagian hasil pelatihan skill komunikasi tempo lalu yang saya coba kerucutkan menurut analisis saya sendiri, paling tidak dalam konteks yang secara pribadi saya alami sebagai makhluk sosial.   Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan “Bagaimana Berkomunikasi?” Sebab dalam berkomunikasi dengan siapapun, kita akan berhadapan beragam hal, situasi, kondisi, lawan bicara yang beragam karakter, mood komunikan, bahasa, kultur, waktu, tempat atau hal kompleks yang lain, sehingga yang kita butuhkan adalah mode dan cara komunikasi apa yang sebaiknya diaplikasikan menghadapi kejadian apapun dengan siapapun.   Maka tidak ada yang baku dan permanen suatu mode komunikasi diterapkan pada kasus tertentu. Sehingga menurut saya, mode dan cara berkomunikasi belum tentu bisa diterapkan secara sama pada kejadian maupun kasus yang serupa, apalagi berbeda terhadap orang yang berbeda pula. Seperti halnya pancingan respond saya terhadap kelompok

MENJADI GURU

Sehari sebelum tanggal peringatan hari guru nasional 2023, beberapa siswa datang ke saya mengutarakan permohonannya untuk merayakan hari guru bersama guru di kelasnya masing-masing. Saya tidak bertanya banyak perayaan seperti apa yang direncakan anak berusia kelas SD tersebut untuk mengenang moment hari guru itu. Saya hanya menimpali pertanyaan kepada mereka. Kapan pelaksanaan hari guru itu? Spontanitas mereka menjawab, “25 November”. Jawabnya penuh semangat. Pertanyaan berikutnya kenapa ada perayaan hari guru? Jawaban mereka beragam, namun keberagaman itu masih satu keutuhan yang menggambarkan peran guru, paling tidak sesuai pengalaman siswa SD tersebut bersama gurunya . “Karena guru adalah yang mengajarkan ilmu” , "Karena guru yang mengajarkan al qur'an",   “Karena guru yang mendidik soal budi pekerti yang baik”, “ Karena guru mengajarkan untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya”. Kurang lebih begitu jawaban sederhana mereka secara beragam. Pertanyaan se