Langsung ke konten utama

Tentang Nurul Yang Dicoret Jadi Kandidat OSIS Dan Sekarang Terpilih Jadi Ketua Komisariat PMII IAIN Jember

(Tengah : Nurul, calon ketua OSIS, kiri : Saya yang dipilih pada saat pemilihan ketua OSIS. Dan Kanan : Kholel yang akhirnya terpilih menjadi Ketua OSIS : inilah panggung demokrasi yang misteri wkwkwk)

Setiap kali nostalgia tentang pesantren pasti ingat tentang segala kenangan yang pernah terbekas di dalamnya. Mulai dari urusan kecil sampai urusan besar. Maklum, pesantren adalah rumah keduaku setelah kampung halaman.

Saya sengaja menyebutnya rumah, karena di tempat itulah saya tidak hanya merasa belajar dan mencari ilmu semata, berbagai pelajaran tentang kehidupan banyak kupetik di penjara suci tersebut. Salah satu ingatanku cerita di pesantren yang kutinggali yaitu soal hidupnya kembali organisasi daerah bernama Aliansi Santri Bondowoso. Selanjutnya disebut ALSAB.

Di pesantren, santri datang dari berbagai wilayah dari kota sampai ke pelosok desa. Agar memudahkan komunikasi dan ikatan persaudaraan sesama santri daerah asalnya, terbentuklah berbagai organisasi atas nama daerahnya masing-masing. Santri asal Bondowoso sendiri dinamai ALSAB. Terciptanya organisasi itu saya tidak mengerti kapan waktunya, yang jelas inisiatornya adalah santri seneor.

Sejak baru-barunya di pesantren, saya berusaha ikut kumpul dan menghadiri acara yang diselenggarakan ALSAB. Biasanya acara dilangsungkan setiap liburan pesantren. Liburan maulid nabi dan puasa Ramadhan. Bulan Maulid nabi acaranya bernama SAHABI (safari hari perayaan kelahiran nabi) sementara Ramadhan, acara buka bersama sekaligus memperingati houl nyai Hajjah Himami Hafshawati yang wafat pada 10 Ramadhan.

Sayangnya acara yang biasa diselenggarakan organisasi daerah, dinyatakan fakum. Persisnya pada saat saya kelas 2 mts menuju kelas 3. Alasan divakumkan kegiatan tersebut karena pada saat acara itu, dijadikan ajang pertemuan antara santriwan dan santriwati. Akhirnya semua organisasi daerah dilarang mengadakan acara apapun bentuknya. Pada waktu itulah kegiatan yang sudah menjadi rutinitas setiap liburan perlahan-lahan ditinggalkan.

Pada saat kelas XI MA, fikiran untuk menghidupkan kembali acara yang sempat vakum beberapa tahun lalu muncul di benak. Saya dan Nurul pun bimbang apakah perlu menghidupkan kembali acara organisasi itu ? atau membiarkan saja. Pertimbangan pun muncul, kalau tidak mengadakan acara-acara dan membiarkan vakum, pasti silaturrahim sesama santri asal Bondowoso perlahan-lahan memudar, tidak diketahui jejaknya. Sesama alumni pun besar kemungkinan sulit menjalin hubungan sesama santri. Seandainya tetap berusaha diselenggarakan tentu pertimbanganya berat. Apalagi yang melarang adalah sohibul bait sendiri. Berat gaes.

Cerita bersama Nurul inilah yang sebenarnya ingin saya ungkap di catatan ini. Cerita tentang menghidupkan kembali orda adalah sekelumit kisah pengalaman saya bersama atau tentang Nurul. Alumni UIN Syarif Hidayatullah ini terbilang sangat dekat menjalin hubungan pertemanan dengan saya. Mulai dari Mts sampai MA selalu satu kelas. Dan sekamar saat MA nya.

Semisal kalau kamu ingin tahu tentangku soal apapun itu termasuk soal jalinan asmara di pesantren, tanyalah padanya. Ceritanya cukup mewakili atas apa yang pernah kualami. Kecuali kalau dia membuat-buat dan melebih-lebihkan.hahaha. Sudah kita lupakan soal asmara wkwkwk.

Kembali ke cerita tentang Nurul, maaf nama ini sudah tidak familiar lagi kalau saudara pergi ke daerah Tapal Kuda khususnya kawasan Bondowoso-Jember. Ia mengakrabkan dirinya dengan panggilan Alunk.

Cerita pertama, tentang menghidupkan kembali organisasi daerah bernama ALSAB yang sudah dikatakan di atas. Saya berunding denganya antara menghidupkan kembali atau tidak. Setelah berunding cukup serius akhirnya saya dan Nurul sepakat agar acara yang semula vakum untuk dihidupkan kembali dengan syarat mewajibkan kepada santri putri yang hendak hadir di acara entah SAHABI atau Buka Bersama disertai atau dihantar oleh walinya. Keterangan ini tertera di surat undangan yang kami buat.

Pertama, rundingan ini memang sengaja diobrolkan secara sepihak antara saya dan Nurul. Baru setelah diketahui benang merahnya atau mentahanya, hasil rundingan itu dimuswarahkan lagi dalam sebuah forum bersama beberapa santri asal Bondowoso di masing-masing lembaga pendidikan di pesantren. Semitsal tidak disepakati, bisa diberi solusi atau masukan.

Tapi saat itu forum sepakat untuk mengadakan acara seperti sedia kala dengan alasan dan syarat yang sudah dirundingkan di balik layar. Biar saya punya ruang agak aman, saya rayu dia untuk menjadi ketua. Sebelumnya dia juga enggan menjadi ketua. Karena situasi saat itu merupakan konsekuensi yang cukup berat kalau sampai menghidupkan kembali organisasi yang sudah jelas-jelas dilarang.

Sebelum liburan, kita mempersiapkan surat tembusan dan undangan yang ditunjukkan buat santri ataupun terhadap alumni yang menjadi pengurus inti di Tanazaha (ikatan alumni Zainul Hasan). Setelah diizinin dan didukung untuk mengadakan acara, kemudian kita mengharap ada payung teduh seperti Pembina yang melindungi jika suatu saat terjadi sesuatu yang tidak diduga. Kita berunding kembali agar mas Alex menjadi Pembina ALSAB.

Kebetulan ayah mas Alex, Bapak Ansori menjabat pengurus harian di Tanazaha Bondowoso. Meski kerapkali ia menolak, kita berusaha meyakinkan mas Alex agar sekiranya berkenan. Dan akhirnya mau. Saya dan Nurul dalam hati ketawa melihat ekpresi mas Alex saat ditunjuk jadi Pembina. Karena jadi Pembina lebih berat apalagi dalam situasi genting, pasti kalau ada masalah, dipanggil paling dahulu. Wkwkwkwkwkw. Maafkan.

Cerita selanjutnya, tentang pencalonan ketua OSIS MA ZAHA. Setiap jurusan biasanya bebas mencalonkan diri untuk menjadi kandidat ketua OSIS tanpa dibatasi berapapun. Setelah rapat untuk pembahasan ketua OSIS di kelas ataupun di daerah, teman sejurusan IAI sepakat untuk memilih Nurul menjadi bakal calon ketua OSIS dari delegasi IAI.

Sebelum H- sekian pemilihan ketua OSIS segala persyaratan harus dipenuhi. Dan Alumni Syarif Hidayatullah ini yang sekarang menempuh pendidikan di IAIN Jember, sudah melengkapi segala persyaratan yang diminta. Sayangnya H-3 nama dia terpaksa harus dicoret dari daftar pencalonan ketua. Karena dinilai telah melanggar kode etik madrasah. Yaitu soal perempuan. wkwkwkwkw. (saya tidak menceritakan panjang lebar tentang hal yang dimaksud).hahahah

Setelah dicoret, teman-teman pada bingung untuk mencari penggantinya. Rapat pun dilakukan, hasil keputusan rapat itu yaitu memaksa saya untuk menjadi calon ketua OSIS. Sebelum itu saya sudah sampaikan kepada teman-teman bahwa saya tidak mau menjadi kepengusan OSIS dua periode. Sebelumnya pada saat kelas X sekelas hanya saya diajak kakak kelas dilibatkan menjadi pengurus OSIS bagian Biro Kependidikan.

Tujuan saya cuman satu, tidak mau terlibat di periode setelahnya agar memberikan ruang bagi teman –teman lain untuk menyicipi roda organisasi terutama di panggung OSIS. “Ayo Nung, kamu rela calon ketua OSIS tidak ada yang berasal dari sejurusan dengan kita,” “Kamu rela, ketua OSIS selalu dipegang oleh kelas sebelah ?” kata beberapa teman saya dengan bahasa Madura.

Saya tetap bersikukuh menolak agar tidak dilibatkan di kepengurusan OSIS apalagi dicalonkan sebagai Ketua. Setelah muswarah, diobrolin dengan gombal rayuan dan meminta masukan kepada teman-teman. Akhirnya permintaan teman, saya iyakan meskipun sedikit berat.

Saya lupa tidak mengucapkan selamat kepada sahabatku yang satu ini, Nurul Hidayah/Alunk yang beberapa waktu lalu terpilih menjadi Ketua Komisariat PMII IAIN Jember. Melalui tulisan ini saya ucapkan selamat mengabdi, semoga amanah dalam membawa perahu yang didirikan pada 1960 berlayar pada gelombang yang tidak melewat batas yaitu  kebenaran dan kea

dilan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Genap Setahun Pengabdian

  Tepat 1 Februari 2022 lalu, saya memulai pengabdian di YIMA Islamic School setelah melewati rangkaian test dan prosedural sesuai ketetapan lembaga sebagaimana yang juga diberlakukan terhadap calon pegawai yang lain.   Bergabungnya saya di YIMA diperkarsai perintah salah satu orang yang perintah dan larangannya harus saya patuhi sehingga saya tidak berbuat banyak menanggapi hal tersebut. Padahal di waktu bersamaan saya menerima pemprosesan di salah satu tempat di Surabaya dan proses penerimaan di salah satu lembaga di Sidoarjo. Saya pun melewati rangkaian tahap demi tahap hingga sampai pada proses yang hampir mendekati final. Saya hanya berkesimpulan, di manapun insyallah jalan terbaik. Namun orang yang memerintah saya itu bersikukuh meminta saya untuk tinggal di Bondowoso setelah merantau selama hampir 12 tahun lamanya di kota orang, akhirnya YIMA yang saat ini saya berada di dalamnya menjadi pilihan. Dengan ridho seorang itu, akhirnya saya meyakinkan hati untuk memulai penge

Bagaimana Berkomunikasi ?

  Saya menganalisis dan mengutip beberapa bagian hasil pelatihan skill komunikasi tempo lalu yang saya coba kerucutkan menurut analisis saya sendiri, paling tidak dalam konteks yang secara pribadi saya alami sebagai makhluk sosial.   Sengaja saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan “Bagaimana Berkomunikasi?” Sebab dalam berkomunikasi dengan siapapun, kita akan berhadapan beragam hal, situasi, kondisi, lawan bicara yang beragam karakter, mood komunikan, bahasa, kultur, waktu, tempat atau hal kompleks yang lain, sehingga yang kita butuhkan adalah mode dan cara komunikasi apa yang sebaiknya diaplikasikan menghadapi kejadian apapun dengan siapapun.   Maka tidak ada yang baku dan permanen suatu mode komunikasi diterapkan pada kasus tertentu. Sehingga menurut saya, mode dan cara berkomunikasi belum tentu bisa diterapkan secara sama pada kejadian maupun kasus yang serupa, apalagi berbeda terhadap orang yang berbeda pula. Seperti halnya pancingan respond saya terhadap kelompok

MENJADI GURU

Sehari sebelum tanggal peringatan hari guru nasional 2023, beberapa siswa datang ke saya mengutarakan permohonannya untuk merayakan hari guru bersama guru di kelasnya masing-masing. Saya tidak bertanya banyak perayaan seperti apa yang direncakan anak berusia kelas SD tersebut untuk mengenang moment hari guru itu. Saya hanya menimpali pertanyaan kepada mereka. Kapan pelaksanaan hari guru itu? Spontanitas mereka menjawab, “25 November”. Jawabnya penuh semangat. Pertanyaan berikutnya kenapa ada perayaan hari guru? Jawaban mereka beragam, namun keberagaman itu masih satu keutuhan yang menggambarkan peran guru, paling tidak sesuai pengalaman siswa SD tersebut bersama gurunya . “Karena guru adalah yang mengajarkan ilmu” , "Karena guru yang mengajarkan al qur'an",   “Karena guru yang mendidik soal budi pekerti yang baik”, “ Karena guru mengajarkan untuk membiasakan membuang sampah pada tempatnya”. Kurang lebih begitu jawaban sederhana mereka secara beragam. Pertanyaan se